04
Sudah sekitar tiga puluh menit Janu tiba di apartement Shezan.
Lelaki itu bahkan sudah duduk di sofa milik Shezan, sambil menonton tayangan TV, dengan Shezan yang berada di sampingnya. Bermanja dengan Janu.
Oh iya, Janu dan Shezan sudah berdamai. Keduanya langsung berdamai setelah Janu tiba di apartement Shezan,
“Sayang, kamu mau minum apa?” tanya Shezan kepada Janu.
Janu tidak menjawab. Lelaki itu hanya diam, pikirannya melanglang buana entah kemana.
Shezan yang heran langsung menjauhkan kepalanya dari bahu bidang Janu, dan menggoyangkan tubuh lelaki itu. Janu pun pada akhirnya sadar dari lamunannya,
“Eh, kenapa?” dengan wajah polosnya Janu bertanya.
Shezan mendecak sebal. Ia menghela nafasnya kesal,
“Kamu aku tanya tadi, mau minum apa?”
“Oh, apa aja deh terserah kamu.”
Shezan mengangguk, “kamu gak apa-apa kan? Gak ada sesuatu yang lagi kamu pikirin kan?”
Janu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum tipis,
“Gak ada kok. Aku baik-baik aja.”
“Beneran?”
“Bener. Udah sana buatin minumannya buruan.”
“Ya udah, aku buatin dulu ya.”
“Iya.”
Shezan pun beranjak ke dapur, meninggalkan Janu sendirian di tempatnya.
Lelaki itu meraih ponselnya, ia langsung membuka aplikasi chat, dan tiba-tiba menekan kontak Kaira. Tidak hanya itu, ia juga tiba-tiba mengetikkan sesuatu dan mengirimkannya begitu saja.
Janu buru-buru mematikan data ponselnya. Lalu menaruh kembali ponselnya ke dalam saku celananya.
Tidak lama setelah itu, datang lah Shezan dengan membawa sebuah nampan berwarna hijau pastel dengan gelas berisikan air sirup rasa jeruk. Janu menyambut hangat kedatangan kekasihnya itu.
Lantas, Shezan mendudukkan dirinya disamping Janu. Dan menaruh gelas itu di hadapan Janu,
“Air sirup ini manis loh. Soalnya aku yang bikin.” ucap Shezan basa-basi.
Janu tertawa pelan, “iya, kamu emang yang paling manis di dunia ini. Gula sama madu aja kalah.”
“Gombal!!!”
“Beneran. Aku bicara soal fakta loh.”
Shezan mendecak. Dirinya salah tingkah akan kata-kata manis yang keluar dari mulut Janu barusan,
“Udah cepetan diminum.”
Janu mengangguk sambil tertawa, lalu ia meneguk air sirup tersebut.
Awal-awal, Janu terlihat biasa saja. Namun, tiba-tiba, lelaki itu terus menguap, matanya pun terlihat sangat amat berat.
Melihat hal itu, Shezan diam-diam tersenyum miring,
“Kenapa? Kamu kok kayak yang ngantuk gitu.”
“Gak tau nih.”
“Aku anter ke kamar aja ya? Tidur di kamar oke?”
“No, gak apa-apa. Aku tidur disini aja.”
“Sayang, nanti badan kamu sakit kalau tidur disini. Dikamar aku aja ya?”
“Terserah kamu deh.”
Dengan penuh kekuatan, Shezan membopong tubuh bongsor Janu ke dalam kamarnya.
Sesampainya di kamar, Shezan langsung menaruh Janu di atas ranjangnya. Dan, Shezan tutup pintu kamarnya, lalu ia kunci pintu kamarnya sendiri.
Kemudian, Shezan mulai melakukan aksinya.