Apartement


“Hai.”

Javiero menyapa seorang gadis cantik yang baru saja keluar dari dalam pintu lift. Gadis cantik itu terlihat begitu terkejut menatap Javiero yang kini sudah berdiri di hadapannya dengan senyuman senga yang membuat siapapun kesal melihatnya,

“Kamu ngapain disini!?” gadis itu terdengar seperti menyentak Javiero namun dengan nada suara yang lebih pelan.

Javiero pikir, gadis ini tidak mau menimbulkan keributan di lobby apartemennya yang pagi ini sudah dipenuhi oleh beberapa penghuni yang sudah siap untuk bekerja ataupun kuliah,

“Mau ketemu lo lah, emang mau ketemu sama siapa lagi?” Javiero menjawab dengan begitu santai, seolah-olah dia sudah mengenal gadis cantik di hadapannya ini dari lama, “mau ke kampus kan, El? Bareng sama gue aja mau gak?” tawar Javiero dengan ramah.

Joelle—gadis cantik itu jelas menolak ajakan Javiero. Daripada dia harus naik motor, atau satu mobil dengan lelaki ini, lebih baik Joelle pergi ke kampus panas-panasan menggunakan ojek online. Setidaknya, dia bisa sampai di kampsu dengan selamat,

“Gak perlu.” tolak Joelle dengan tegas, matanya menatap tajam wajah sombong tetapi tampan milik Javiero.

Javiero mengangguk-anggukan kepalanya sembari masih mempertahankan ekspresi wajah sombongnya, yang membuat Joelle kesal sekaligus takjub karena disaat seperti ini, Javiero malah terlihat semakin tampan dan.. sexy,

“Pasti udah mesen gojek ya? Sayang banget, tadi gojeknya udah gue suruh pulang.”

“HAH!?”

Keheningan di sekitaran lobby tercipta ketika Joelle memekik terkejut—semua mata seketika tertuju kepadanya. Joelle langsung membungkuk dan meminta maaf seraya memperlihatkan senyuman kikuknya. Lalu keadaan pun kembali seperti semula,

“Maksud kamu apaan sih? Kamu mau apa coba dari aku?” Joelle bertanya jengah.

“Gue cuma mau kenalan sama lo doang gak ada maksud lain kok.” jawab Javiero dengan jujur. Sorot mata itu memperlihatkan kejujuran yang nyata—yang Joelle sendiri tidak bisa membedakan dengan yang pura-pura.

“Kenapa? Aku gak tau kamu, dan kamu juga gak tau aku, kenapa harus kenalan? Aku gak mau punya urusan sama laki-laki playboy kaya kamu. Jadi tolong, stop bothering me, okay?”

“Lo kenapa kayak gini? Waktu pertama ketemu kayaknya lo ramah-ramah aja sama gue. Apa karena lo kehasut omongan orang-orang?”

Joelle terdiam, matanya menatap lurus sang adam yang masih terlihat begitu tenang di tempatnya,

“Gue kasih tau aja, apa yang orang-orang omongin itu gak sepenuhnya bener. Gue gak sejahat itu kok, gue masih punya hati nurani. Mereka gak hidup sama gue 24/7, gue yang tau gimana diri gue sendiri. Jangan gampang kehasut sama omongan orang.”

Lidah Joelle seperti dikunci oleh setiap kata-kata yang keluar dari mulut Javiero sehingga gadis itu tidak bisa mengucapkan sepatah katapun. Ia hanya menunduk malu—malu karena apa yang Javiero bicarakan itu benar, kita tidak boleh terlalu gampang terhasut oleh omongan orang yang belum tentu semuanya benar.

Melihat Joelle yang terdiam seperti ini, menimbulkan ribuan ide brilliant di otak ceras Javiero. Salah satunya adalah ini. Javiero sedikit merunduk, dan tiba-tiba mengangkat betis kaki Joelle, lalu menggendong gadis itu layaknya dia memangku beras di bahu kanannya. Jelas, Joelle berteriak panik, ia bahkan sampai memukul-mukul punggung Javiero, beberapa orang di lobby yang melihat itu pun tidak bisa berbuat apa-apa selain hanya tertawa seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.