Cold Welcome


Kaynara dan Gentala berjala menyusuri lorong rumah sakit bebarengan. Di lengannya, Gentala memegang satu bouquet bunga di tangan kirinya dan satu bouquet buah-buahan tangan kanannya. Dua bouquet itu dibeli Kaynara di sela-sela perjalanan mereka menuju rumah sakit.

Sekarang keduanya sudah tiba di sebuah ruangan VVIP milik Tiara. Entah kenapa, perasaan gugup menghampiri Kaynara saat itu. Namun Kaynara mencoba menepisnya, dirinya datang dengan maksud dan tujuan yang baik, tidak perlu ada rasa gugup, risau, atau apapun itu.

Gentala menegang gagang pintu, lalu menggerakkannya ke bawah. Lelaki itu mempersilahkan Kaynara terlebih dahulu untuk masuk ke dalam, lalu disusul oleh Gentala yang sekarang sedang berdiri di belakang Kaynara setelah kembali menutup pintu ruangan dengan rapat.

Tidur Tiara seketika terusik ketika mendengar suara pintu yang terbuka. Gadis itu agak terkejut melihat sosok Kaynara datang ke sini bebarengan dengan Gentala. Pikiran-pikiran buruk pun menghampiri Tiara,

“Hai kak.” sapa Kaynara dengan ramah setelah dirinya berdiri di samping ranjang sebelah kanan milik Tiara, dan Gentala berdiri di sebrangnya.

“Kamu ngapain kesini?” Tiara bertanya dengan nada suara yang datar, membuat Kaynara seketika terhenyak dan gugup. Suasana pun menjadi sedikit agak menegang.

Gentala pun sama, dia terkejut mendengar bagaimana Tiara membalas sapaan ramah Kaynara. Gadis ini tidak pernah sekasar ini kepada orang lain sebelumnya, tapi kenapa sekarang dia malah seperti ini?

“Aku mau nengok kaka.” jawab Kaynara, “soalnya waktu kemarin di kantin aku liat kaka muka kaka pucet banget, terus kemarin aku kesini nemenin temen buat ngambil obat dan ketemu sama Ka Davian, terus kata Ka Davian kaka sakit jadi ya aku mau nengok.” lanjut Kaynara seraya memperlihatkan senyuman ramahnya. Tidak perduli dengan nada datar yang dilontarkan Tiara barusan.

Tiara menganggukkan kepalanya. Mengerti dengan apa yang dijelaskan Kaynara,

“Sekarang kamu udah liat keadaan aku kan? Kamu boleh keluar dari sini, dan biarin aku sama Gentala berdua.”

Kaynara terdiam dan kebingungan. Perasaan kemarin Tiara begitu ramah dan baik kepadanya, kenapa sekarang gadis itu berubah 180°? Apa ada yang salah dengan Kaynara hari ini? Apa karena Kaynara datang bersama dengan Gentala? Entahlah, Kaynara tidak bisa menebaknya, mau bertanya pun rasanya segan, seperti Kaynara tidak memiliki nyali untuk itu,

“Tiara, dia dateng dengan tujuan baik loh.” Gentala tidak habis pikir dengan Tiara, bagaimana bisa dia mengusir Kaynara setelah gadis itu rela datang kesini, membelikan Tiara bouquet bunga dan buah hanya untuk Tiara.

“Aku gak suka ada orang lain disini. Aku cuman mau kamu dan orang tua aku yang ada disini.” tegas Tiara.

“Tiara—”

Kaynara sadar kalau kehadirannya disini malau membawa keributan kepada dua pasangan itu, maka dengan itu, dia lebih memilih untuk pergi. Gadis itu memotong ucapan Gentala,

“Gak apa-apa kak, aku bisa pulang aja. Semoga Kak Tiara cepet sembuh ya.” ucap Kaynara masih setia memberikan senyuman termanisnya kepada Tiara.

Disaat seperti ini Gentala benci dengan dirinya sendiri. Dia tidak bisa tegas, dia hanya mampu terdiam sambil menatap Kaynara dengan tatapan seolah memohon kepada gadis itu agar gadis itu tidak pergi meninggalkannya,

“Kalau bouquet bunga dan buah ini dari kamu, aku gak mau nerima.” ucap Tiara ketus.

Kaynara menggelengkan kepalanya, “itu bukan aku yang beli kak, itu Kak Genta yang beli.” bohong Kaynara. Jelas-jelas dia yang membeli itu semua, dia bahkan turun langsung untuk memilih bunga juga memilih buah-buahan yang bagus dan fresh. Gadis itu tidak mau pemberiannya di tolak mentah-mentah oleh Tiara.

“Bener sayang?” Tiara menoleh, menatap Gentala penuh cinta, beda dengan cara gadis itu menatap Kaynara. Tatapan Tiara terhadap Kaynara bak tatapan seseorang kepada musuh bebuyutannya.

Gentala tampak kebingungan untuk menjawab, dia diam diam melirik Kaynara, dan Kaynara hanya mengangguk membiarkan lelaki itu untuk mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Tiara. Kaynara seolah paham dengan isi pikiran lelaki itu,

“Iya.” jawab Gentala disertai senyuman terpaksanya.

Tiara sumringah, “terima kasih sayang! Bunganya bagus, terus juga buah-buahannya fresh. I love it!” girang Tiara.

Melihat itu Kaynara hanya bisa tersenyum senang. Meskipun dirinya sempat sakit hati dengan perlakuan Tiara barusan yang tidak begitu ramah kepadanya, tapi setidaknya, Kaynara senang karena Tiara menyukai bunga dan buah pilihannya.

Sementara Gentala, lelaki itu tidak bisa berhenti untuk mencuri kesempatan dengan memandangi Kaynara. Tatapan mata penuh cinta itu menyaratkan sebuah rasa bersalah. Andai Gentala bisa tegas, Kaynara tidak mungkin diperlakukan seperti barusan oleh Tiara,

“Kalau gitu, aku permisi pulang ya.” pamit Kaynara, yang dibalas anggukan kepala oleh Tiara, “cepet sembuh ya Kak Tiara!” lanjut Kaynara sambil menatap mata sayu Tiara dengan tulus.

“Iya.”

Lalu, Kaynara menatap Gentala, tatapannya menyiratkan bahwa gadis itu berpamitan kepadanya. Dan Gentala menganggukan kepalanya, memberikan izin dengan terpaksa kepada Kaynara untuk gadis itu pulang sendirian ke apartemennya.