Drunk
Minuman keras atau biasa disebut juga dengan miras (bahasa kerennya adalah alkohol) sudah bukan lagi menjadi hal yang tabu bagi sebagian masyarakat, khususnya di kalangan mahasiswa. Contohnya adalah Barra, Johnny, dan Dimas. Ketiga mahasiswa tingkat akhir ini, termasuk ke dalam mahasiswa-mahasiswa yang selalu meminum minuman keras.
Kalau ditanya alasannya untuk apa mereka meminum minuman keras, pasti mereka akan menjawab untuk menghilangkan stress. Ya, memang betul, efek dari minuman beralkohol itu membuat kita seakan-akan melayang diatas udara, dan kita seperti sengaja dibuat lupa akan masalah-masalah yang tengah kita hadapi.
Seperti Johnny contohnya, tadi, saat pertama kali sampai di club malam milik pamannya ini. Wajahnya begitu terlihat seperti wajah-wajah orang yang tengah menanggung banyak masalah. Tapi, setelah dia meminum beberapa gelas alkohol, kini wajah Johnny terlihat biasa-biasa saja, justru dia terlihat begitu bahagia, sembari ditemani dengan perempuan berbaju sexy yang duduk disampingnya sambil bersender manja ke tubuh besar lelaki itu.
Tidak hanya Johnny yang minum sambil ditemani dengan seorang perempuan. Barra pun sama. Dia malah lebih parah. Lelaki itu minum ditemani dengan dua orang perempuan, yang satu bergelayut manja di tangan Barra, dan yang satu lagi duduk di pangkuan Barra. Dia asyik bermesraan dengan dua perempuan penghibur sampai Barra lupa, kalau dia memiliki kekasih yang seharusnya ia jaga hatinya dengan tidak melakukan hal-hal seperti ini.
Dimas tidak separah Johnny dan Barra. Lelaki itu meskipun dalam keadaan mabuk, tapi dia masih bisa mengontrol dirinya untuk tidak didekati atau disentuh-sentuh oleh perempuan-perempuan manapun yang ada di dalam club malam ini. Dimas sungguh menjaga hati kekasihnya yang sekarang tengah menimba ilmu di negeri Paman Sam sana,
“Kamu cantik banget.” Barra memuji gadis penghibur yang bergelayut manja dilengannya, sembari tangannya membenarkan poni yang menghalangi wajah cantik yang penuh akan dempul milik gadis itu, “namanya siapa, hm?” meskipun suara Barra suara khas-khas orang mabuk, namun entah kenapa tetap terdengar sexy.
“Winda.” jawab perempuan itu sambil tersenyum manis, dan matanya yang menatap Barra dengan tatapan tajam penuh nafsu.
Semua perempuan yang melihat Barra, pasti akan terobsesi dengan laki-laki itu. Jadi, rasanya wajar apabila wanita bernama Winda itu menatap Barra dengan tatapan yang sarat akan nafsu,
“Kenapa cuman dia aja yang ditanya? Aku enggak ditanya?” perempuan yang duduk di pangkuan Barra protes.
Barra tertawa, lalu tangannya ia biarkan melingkar di pinggang ramping gadis blonde itu,
“Iya maaf, kamu namanya siapa?” Barra kemudian bertanya sambil mata telernya menatap mata wanita yang berada dipangkuannya ini.
“Nama aku Rosa.” katanya, moodnya langsung berubah ketika Barra menanyakan namanya.
“Namanya cantik, sama kayak orangnya.” goda Barra, sembari melayangkan kecupan lembut di pipi gadis itu, yang mana hal itu membuat Winda cemburu.
“Aku juga mau dicium kayak dia.” protes Winda, sembari tangannya menarik-narik kecil lengan Barra.
Barra kemudian memfokuskan dirinya kepada Winda, dan memberikan kecupan yang manis juga di pipi gadis itu yang tirus namun terlihat sedikit chubby. Winda tidak dapat menyembunyikan ekspresi bahagianya setelah mendapatkan ciuman lembut dari Barra.
Johnny juga sibuk dengan wanitanya, kini dua pasangan itu sudah berciuman dengan sangat panas, sambil tangan Johnny yang mengangkat rok mini wanita sewaannya tersebut. Barra yang melihat hal tersebut hanya tertawa, sambil dirinya sibuk mengabadikan moment tersebut.
Melihat hal tersebut membuat Dimas merasa kurang nyaman. Ia malas berdebat, maka dari itu ia memilih untuk turun ke lantai dansa. Tidak, Dimas tidak pergi ke tengah-tengah untuk berjoget ria bersama para pengunjung club lainnya. Dimas hanya diam di pinggir, sembari melihat layar ponselnya yang terpasang foto selfie dirinya bersama kekasihnya sebagai lockscreen.
Kembali kepada Barra, melihat Johnny yang semakin liar bercumbu dengan wanita sewaannya itu, membuat Barra juga ikut terangsang dan ingin melakukan hal tersebut. Tapi, ia tidak mau menyentuh dua perempuan ini diluar batas. Maka dari itu, Barra yang memang sudah tidak tahan meminta untuk Rosa yang duduk dipangkuannya berpindah tempat ke samping Barra, Rosa pun menuruti perintah Barra.
Setelah itu, Barra berdiri dari duduknya, dan berjalan menuju toilet di club ini dengan sempoyongan. Winda dan Rosa terlihat kebingungan karena Barra yang tiba-tiba pergi. Sementara Barra, lelaki itu berjalan sembari satu tangannya memegangi pusat tubuhnya dibawah sana yang sudah sesak dan minta dibebaskan. Mata Barra yang sudah teler itu masih mampu untuk melihat dengan jelas banyaknya pasangan-pasangan yang bercumbu di luar pintu toilet. Hal itu semakin membuat Barra terangsang.
Barra yang sudah tidak tahan lagi, langsung membuka pintu toilet, dan masuk ke dalam salah satu bilik di dalam sana. Di dalam, Barra buru-buru membuka celana dan juga celana dalamnya. Lalu, dia melakukan apa yang harus dia lakukan, sembari otaknya membayangkan seorang perempuan asing yang entah kenapa tiba-tiba terbayang oleh Barra.
Suara lenguhan Barra sudah jelas terdengar sampai keluar. Tapi, Barra tidak perduli, toh, orang-orang disini juga dalam keadaan mabuk, jadi mereka tidak akan terlalu memperdulikan suara desahan Barra, karena mereka juga sibuk dengan aktifitas seksual mereka masing-masing.