Drunk with Your Best Friend
“Gue mau Jihan.. Gue mau Jihan, Sat..” racau Juan kepada Satria yang sudah terlihat lelah dengan perangai Juan disaat lelaki itu dibawah pengaruh alkohol.
Iya, malam ini, Juan mengajak Satria untuk pergi ke salah satu bar ekslusif di kota Bandung. Awalnya dia mengajak Julian juga, tapi laki laki itu menolak karena dia sudah berjanji kepada kekasihnya untuk tidak pergi ke bar dan minum-minuman beralkohol. Such a coward.
Sudah hampir lima botol Juan habiskan. Satria bergidik ngeri membayangkan bagaimana hancurnya hati dan ginjal Juan di dalam sana karena terus disiram oleh minuman jahat yang memabukan ini,
“If you want her, chase her. Make her believe that you really serious with her and you learn from your mistake.” ucap Satria sambil menepuk bahu sahabatnya itu.
Satria bersyukur bahwa dirinya berteman dengan orang terkaya nomor 1 di Indonesia dan nomor 5 di dunia. Jadi dia bisa menikmati fasilitas VVIP diklub ini, dan Satria tidak perlu berteriak setiap kali berbicara dengan Juan—karena mereka berdua berada di ruangan ekslusif yang cukup mewah, dan terpenting kedap suara,
“I tried my best, Sat, tapi dia tetap teguh sama pendiriannya, dia gak mau menerima gue. Dan, yeah, i deserve that, tapi gue juga berhak kan untuk mendapatkan kesempatan kedua?”
“You almost hooked up with your fucking best friend on your anniversary day with Jihan, lo mau Jihan dengan mudah maafin lo dan nerima lo kembali, setelah apa yang lo perbuat hah?” Satria meninggikan suaranya.
Juan terdiam, dia menangis sambil kembali meminum minuman alkoholnya itu,
“You traumatized her, Juan. You told me that she had to go to a psychiatrist regularly to heal her trauma, right?“
Juan mengangguk dengan wajahnya yang bengkak karena terlalu banyak menangis,
“From that fact you should have realized, that you don't deserve a second chance.” ucap Satria, tangan lelaki itu meremat bahu Juan kuat-kuat, dia mendekatkan dirinya tepat ke telinga Juan, “listen to me, someone who causes trauma to someone never deserved a second chance. No matter how much they regret. Enjoy the result you planted in the past, buddy.”
Juan melirik Satria dengan mata bengkak dan telernya,
“You know what, i am confused right now. Are you on my side or are you trying to snatch Jihan from me?”
“What the fuck are you talking about?“
“Be honest with me, you actually liked Jihan from the first time, right?”
“This is the reason why you shouldn't drink up to 5 bottles. You being so ridiculous right now.”
“No, no, no, im not finish.” racau Juan, Satria hanya bisa memutar bola matanya malas. Bisa-bisa dia gila kalau terus menghadapi Juan seperti ini. Tapi dia juga tidak bisa meninggalkan Juan dalam keadaan seperti ini, segila apapun Juan, dia tetap sahabat Satria.
“Since Jihan and i split up, you used this opportunity to snatch her from me, am i right?”
“Goblog banget anjing gue kesel banget sama lo. Gak ada yang mau rebut Jihan dari lo! Ditambah lagi, gue sekarang lagi deket sama cewek lain, ga mungkin disaat gue deket sama cewek lain, gue dengan gak tau dirinya mau ngerebut Jihan dari lo. Oh, come on, please use your common sense!“
“So you're not trying to snatch her from me?” suara Juan seketika berubah menjadi suara yang imut bak seorang balita yang baru saja berhenti menangis dan diberikan mainan oleh orang tuanya. Sangat berbeda dengan Juan yang tidak dipengaruhi oleh alkohol.
“I am not!” tegas Satria.
Juan seketika memeluk tubuh Satria dengan manja. Hal tersebut membuat Satria merasa tidak nyaman, dan mencoba untuk menjauhkan Juan dari pelukannya. Disgusting, pikir Satria,
“Lepas anjing lu homo brengsek.” maki Satria.
Setelah mendengar makian itu, Juan langsung melepaskan pelukannya dari Satria,
“Drive me to Jihan's apartement.” pinta Juan.
“For what? Lo punya rumah sendiri, ngapain juga lo harus pulang ke apartemen mantan lo?”
“Jadi bener kan? Lo suka sama Jihan, dan lo gak mau gue—”
“Ok, come on. I'll drive you there.”
Satria tidak ingin mendengar racauan Juan tentang dirinya yang menyukai Jihan dan hendak merebut gadis itu dari pelukan Juan. Maka dari itu, dia menyetujui ide Juan untuk mengantarkannya ke apartemen Jihan. Semoga Jihan mau menerima Juan, dan Satria bisa langsung pulang ke rumahnya, karena yang dia butuhkan hari ini adalah beristirahat.
Hari ini benar-benar hari yang melelahkan untuk Satria.