Hangover
Setelah hampir 6 jam Juan tertidur, lelaki itu pada akhirnya membuka matanya. Hal yang pertama dia lakukan setelah bangun adalah meringis dan memegangi kepalanya. Yup, hangover selalu terjadi kepada seseorang yang baru saja menghabiskan malam sambil meminum alkohol.
Juan tertegun ketika melihat dirinya tidak berada di kamar apartemennya. Dan yang membuatnya semakin tertegun adalah, fakta bahwa ada banyak foto milik Jihan di kamar ini. Ia sadar bahwa ada yang salah disini. Lantas dia sedikit merundukkan kepalanya sekilas untuk melihat selimut yang menutupi setengah tubuhnya, dan ternyata selimut itu berwarna pink muda, bukan hitam. Its clearly that he's not in his own house.
Apa dia benar-benar berada di kamar Jihan?
Untuk memastikannya, Juan langsung bangkit dari atas kasurnya—meskipun kepalanya masih terasa sangat sakit—dan pergi keluar kamar. Ternyata memang benar, dia berada di apartement Jihan, karena sekarang laki-laki itu sedang melihat pemandangan Jihan yang sedang memasak dengan seragam kerjanya yang sudah begitu rapih. Bibir Juan melengkung melihat pemandangan manis itu. Ini adalah pemandangan yang selalu dibayangkannya selama Jihan pergi dari hadapannya.
Seandainya malam itu tidak pernah terjadi, Juan pasti sudah melihat pemandangan ini setiap hari,
“Oh.. You're wake up.” ucap Jihan agak terlonjak kaget melihat Juan yang sedang berdiri tepat di depan pintu kamarnya dengan penampilan yang bisa dibilang.. berantakan.
Juan tersenyum sambil mengangguk pelan. Ia langkahkan kakinya untuk berjalan ke dapur,
“How did i end up here?” tanya Juan mencoba untuk mencari topik pembicaraan.
“Well, you can ask your best friend.” jawab Jihan sambil tersenyum tipis, “oh iya, kamu masih hangover kan? Aku buatin banana oatmeals untuk ngeredain hangover kamu.” Jihan berujar dengan begitu lembut.
Juan menarik kursi untuk duduk di meja makan dan berujar, “banana oatmeals? Aku baru denger kalau itu bisa ngeredain hangover. I thought that food only for diet breakfast.“
Jihan membawa semangkuk oatmeals dengan pisang sebagai topping diatasnya, dan menaruhnya diatas meja tepat di hadapan Juan,
“According to google, bananas contain potassium which can relieve weakness due to too much fluid through urine when we are drunk. And oatmeals contain so many vitamins and nutrients that are believed to restore stamina lost due to hangovers.” jelas Jihan, sementara Juan terkikik geli mendengar penjelasan yang dilontarkan oleh Jihan. Dan gadis itu tidak memperdulikannya sama sekali.
“You don't have breakfast?” tanya Juan ketika melihat Jihan yang hendak pergi menuju ke kamarnya.
“Ini mau.” jawab Jihan sambil berteriak dari dalam kamarnya.
Tidak lama dari itu, Jihan kembali ke dapur, lalu mengambil satu bungkus nasi kuning yang dibelinya tadi subuh, lalu mendudukan diri di meja makan—tepat di depan Juan—dan mulai menyantap nasi kuning super lezat itu.
Melihat bagaimana Jihan yang begitu lahap menyantap nasi kuning tersebut membuat Juan tersenyum dan berteriak senang didalam hatinya. Dia senang karena Jihan makan selahap ini, dulu, Juan selalu sedih saat Jihan susah untuk makan, karena itu tandanya gadis itu sedang dilanda masalah atau sedang dalam keadaan bersedih. Dan melihat Jihan makan dengan lahap, membuat Juan percaya bahwa Jihan baik-baik saja. Dan itu membuat dirinya teramat sangat lega,
“Aku anterin kamu ke kantor ya hari ini?” Juan menawarkan tumpangan kepada Jihan.
“Its okay, aku bisa ke kantor sendiri kok.”
“Aku tau, aku cuman pingin anterin kamu aja. Ga masalah kan?”
“I ordered gocar.” Jihan masih keukeuh untuk menolak tawaran Juan.
“How about i pick you up?” dan, Juan, masih terus berusaha untuk bisa kembali memperbaiki semuanya dengan Jihan.
“I'd love too, tapi aku harus lembur hari ini.”
Juan menghela nafasnya. Dia tahu, Jihan sedang mencoba untuk menghindarinya dan membuat batasan antara Jihan dan dirinya. Ini benar-benar melelahkan, tapi Juan tidak akan menyerah. Semua ini ia lakukan demi cintanya kepada Jihan,
“Jihan, i know you're making boundaries between us.” ucap Juan begitu serius.
Jihan terdiam,
“You have a right to do that. I understand. But, please, let me fix all of this mess from the smallest things first. Like dropping you off at work and picking you up. Thats all i wanna do.”
Jihan menghela nafasnya. Matanya menatap fokus ke arah Juan yang duduk di hadapannya,
“Kalau kamu mau memperbaiki semuanya, tolong, nurut sama semua yang aku mau. Kalau aku bilang enggak, jangan ada paksaan.” ujar Jihan memperlihatkan senyuman tipisnya kepada Juan. Lalu, wanita itu melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kiri kecilnya. Jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah delapan, yang mana artinya, Jihan sudah harus pergi ke kantor sekarang. Dan itu benar-benar menyelematkannya dari situasi tegang ini, “its half past eight, i have to go now. I don't care about you, if you still want to be here, its fine, but i'm worried that your company will go bankrupt, because the CEO chose to skip and stay at his ex-girlfriend's apartement after getting drunk last night.”
Setelah mengucapkan kalimat tersebut. Jihan langsung meraih tasnya yang ada di atas meja, lalu pergi keluar dari apartemen untuk bekerja, dan dia meninggalkan Juan sendirian di apartemennya. Senyum tercipta di wajah Juan. Dia sadar kalau dia memiliki kesempatan kedua untuk kembali bersama Jihan, namun gadis itu hanya berusaha untuk menutupinya. Entah apa alasannya, yang pasti, Juan semakin membulatkan tekadnya dan kali ini dia tidak akan pernah menyerah.