Jayden To The Rescue
Perjalanan Jayden dan Milka ke kampus hari ini tidak seperti biasanya.
Biasanya, Milka akan sangat berisik menceritakan khayalannya dengan Dilan, yang mana adalah sahabat dari Jayden sendiri, dan Jayden tidak bisa melakukan apa-apa selain mendengarkan khayalan gila dari sahabat masa kecilnya itu.
Atau Milka yang bernyanyi dengan nada suara sumbangnya, yang membuat siapapun akan memukul gadis itu dengan barang apapun. Namun, bagi Jayden, nyanyian jelek dari suara Milka adalah serotonin bagi Jayden.
Namun untuk hari ini, Milka tidak melakukan dua kegiatan itu. Jayden tidak bersyukur akan hal tersebut. Apalagi mengingat alasan dibalik perubahan sikap Milka hari ini, Jayden justru khawatir. Teramat sangat khawatir. Bukan apa-apa, hal ini bukanlah yang pertama kali untuk Milka, sudah dari tahun 2019 kedua orang tua Milka selalu bertengkar hebat, entah apa alasannya, Milka sendiri tidak tahu, apalagi Jayden.
Dan, di akhir tahun 2020, Milka pernah mencoba untuk mengakhiri hidupnya, dengan menengguk banyak obat yang dia sengaja beli di warung. Namun, Tuhan masih menyelamatkan Milka. Meskipun ia overdosis pada awalnya, namun, setelah Jayden membawa Milka ke rumah sakit, gadis itu hanya koma selama 3 hari, setelahnya dia sadar dan menyesali kenapa dirinya harus kembali hidup.
Hubungan kedua orang tua Milka sempat membaik, namun, di pertengahan 2021, mereka kembali bertengkar. Tak jarang mereka saling bermain fisik. Itu benar-benar membuka luka lama Milka, dan gadis itu merasa di khianati oleh kedua orang tuanya. Ketika Milka masih dalam keadaan lemas setelah sadar dari komanya, kedua orang tua Milka berjanji untuk tidak bertengkar lagi, namun mereka mengingkari janji itu.
Milka, si gadis rapuh yang hampir direnggut oleh rasa sakitnya itu, mencoba untuk bangkit, dengan menahan dirinya agar tidak menyakiti dirinya sendiri ketika kedua orang tuanya mulai bertengkar. Dan, Tuhan, memberikan Jayden ke dalam hidupnya. Sejujurnya, Jayden adalah anugerah dari Tuhan untuk Milka yang paling indah. Jayden banyak membantunya di masa-masa sulit Milka, dan bahkan, ketika kedua orang tua Milka bertengkar pun, ada Jayden yang selalu siap siaga untuk membawa Milka pergi. Entah itu ke rumah Jayden, atau sekedar jalan-jalan mengelilingi kota Bandung.
Yang terpenting, Jayden berhasil membawa kabur Milka dari rumah yang tidak seperti rumah itu,
“Mil.” panggil Jayden sambil mata pria itu lurus ke depan, fokus menyetir demi keselamatan keduanya.
Milka yang sedari tadi hanya melirik jalanan melalu kaca mobil milik Jayden disamping, langsung menoleh ke arah Jayden. Wajah pucat dan sembab itu, berhasil tertangkap oleh Jayden. Melihatnya membuat hati pria itu terasa sakit,
“Mau gue telfonin, Dilan?”
Milka merapatkan kedua bibirnya membentuk senyuman yang tulus sambil menggelengkan kepalanya, “gue gak mau ada Dilan, gue maunya ada lo.”
Jawaban spontan Milka itu berhasil membuat telinga Jayden memerah. Dirinya salting. Namun, Jayden adalah Jayden, si laki-laki tampan yang jago sekali bermain peran. Dia mencoba untuk berakting seperti terlihat biasa saja dengan apa yang Milka ucapkan barusan,
“Udah nyerah emang lu sama dia?”
Milka menarik nafasnya dalam-dalam, lalu menggelengkan kepalanya,
“Terus kenapa? Biasanya kan elu selalu maksa-maksa gue buat pap-in si Dilan lah, live report tentang Dilan lah. Ini gue tawarin dengan senang hati lu malah gak mau. Aneh.”
“Dilan gak berkontribusi banyak di hidup gue. Well, bisa dibilang, dia berkontribusi tapi cuman sedikit. Karena dia, gue jadi semangat belajar. Tapi lo, lo adalah manusia yang berkontribusi tinggi di hidup gue. Apa Dilan ada nyelamatin nyawa gue kayak yang lo lakuin ke gue dulu? Apa ada Dilan yang selalu ngebawa gue pergi ke tempat-tempat aneh dan absurd kalau misalkan monster-monster itu lagi pada adu mekanik? No, Jayden, cuman lo.”
Kalau bisa Jayden teriak sekarang, ingin rasanya laki-laki itu berteriak kencang. Namun apa daya, citranya sebagai laki-laki yang tidak suka dengan Milka lebih dari seorang perempuan harus ia jaga, kalau tidak, bisa-bisa Milka mengejeknya, atau lebih buruk, pertemanan yang sudah mereka bina selama kurang lebih 10 tahun itu hancur begitu saja karena perasaan suka Jayden kepada Milka,
“Jadi, biarin hari ini ajaa, gue bener-bener spending time together sama lu, gak usah ada Kak Dilan, atau pun Hannah sahabat gue. Just two of us, okay?“
Jayden melirik Milka sekilas lalu kembali fokus ke depan sambil menganggukkan kepalanya,
“Janji ya gak nanya-nanyain soal Dilan?”
“Janji prince mogu-mogu!”
Senyum Jayden mengembang dengan manis tat kala Milka memanggil laki-laki itu dengan sebutan prince mogu-mogu. Dimana panggilan itu adalah panggilan yang disematkan oleh Milka untuk Jayden dari sejak keduanya berada di bangku Sekolah Menengah Pertama,
“Baiklah princess mogu-mogu“