KABUR
Kanaya membuka matanya. Harum obat-obatan langsung terhirup oleh hidungnya seketika dia sadar. Gadis itu melihat sekat-sekat di ruangan ini. Pikirannya sudah kacau. Lalu, ia lihat tangannya yang tertancap jarum infus disana. Kanaya semakin kacau.
Tidak bisa. Ia tidak bisa diam disini lebih lama. Ia tidak ingin seseorang yang membawanya kesini, tahu apa penyakit yang dideritanya.
Dengan sekuat tenaga, meskipun keadaan masih lemah, Kanaya dengan pelan-pelan mencabut infusannya dari punggung tangannya, membuat sedikit cairan berwarna merah pekat itu keluar dari dalam sana. Kanaya meringis perih.
Ia juga lantas melepaskan oksigen yang membantunya untuk bernafas selama pingsan tadi.
Setelah itu, ia membuka tirai, dan bersikap biasa-biasa saja. Kebetulan, para suster sedang sibuk, jadi mereka tidak bisa fokus dengan pasien-pasien yang tergeletak di ruangan UGD ini. Hal tersebut, jelas merupakan anugerah bagi Kanaya, karena dengan hal tersebut, sekarang, Kanaya dapat dengan mudah keluar dari ruangan UGD tersebut.
Dan pergi entah kemana.
Mungkin ada empat menit setelah Kanaya pergi, Jerhan kembali ke UGD, dia ingin memastikan apakah Kanaya sudah sadar atau belum. Namun, baru juga pintu UGD di buka, ia sudah melihat bangsal yang ditiduri oleh Kanaya tadi kosong begitu saja. Panik bukan main Jerhan di buatnya.
Laki-laki itu langsung bertanya kepada suster yang kelihatannya benar-benar sedang sibuk,
“Excusez-moi, avez-vous vu le patient là-bas?” Jerhan bertanya dengan nada panik sambil menunjuk bangsal yang sudah kosong di sebelah kirinya. Excuse me, did you see the patient over there?
Suster tersebut juga langsung terkejut begitu melihat bangsal yang seharusnya di tempati oleh Kanaya sudah kosong begitu saja,
“Je suis désolé, je suis sûr que le patient était dans son lit. Nous sommes très occupés, tant de patients arrivent aujourd'hui, nous traitons donc beaucoup de données. Nous sommes vraiment désolés.” ucap suster tersebut dengan nada menyesal. I'm sorry, I'm sure the patient was in her bed. We are really busy, so many patients are coming in today. So we are processing a lot of data. We are really sorry.
Jerhan mendecak kesal. Ini adalah rumah sakit terkenal dan juga bagus di Paris. Bagaimana bisa ada kejadian seceroboh ini? Mereka tidak tahu kalau ada satu pasiennya yang kabur. Astaga,
“Est-ce qu'elle s'est juste éloignée ou a-t-elle au moins laissé un message?” tanya Jerhan. Did she just walk away or at least leave a message?
“Le patient vient de partir sans nous laisser de message. Je suis désolé.” jawabnya. The patient just left without leaving us a message. I am sorry.
Jerhan memasang muka kesalnya mendengar jawaban dari suster tersebut. Dia benar-benar kesal, bisa-bisanya rumah sakit besar yang menjadi rumah sakit terkenal di ibu kota Perancis itu bersikap sangat tidak profesional kepada seorang pasien. Apalagi pasien itu bukan berasal dari negaranya, melainkan orang luar negeri.
Kalau sampai kedutaan besar tahu masalah ini, mungkin saja, rumah sakit ini bisa dituntut karena sudah lalai dalam menjaga keselamatan seseorang yang hendak mendapatkan pengobatan disini.
Jerhan dengan segera bergegas menuju bangsal. Entah lah, ia merasa, Kanaya meninggalkan sesuatu disana. Dan benar saja, ketika dia sudah berada di bangsal, ia melihat kartu nama lucu bermotif strawberry shortcake, dengan foto Kanaya yang sedang tersenyum imut di sampingnya. Jerhan tertawa pelan, padahal tadi dirinya sedang diselimuti rasa kesal.
Pria itu tidak habis pikir, di tahun 2022 seperti ini, masih saja ada orang yang memakai kartu nama semacam ini. Benar-benar perempuan yang unik.
Ah, Jerhan langsung tersadar dari lamunan absurdnya. Pria itu melihat nomor telfon milik Kanaya yang tercantum disana, buru-buru Jerhan mengetikkan nomor tersebut di ponselnya, setelah itu ia mencoba untuk menghubunginya berkali-kali namun tidak ada tanggapan juga.
Jerhan langsung mengirimkan gadis itu pesan. Dan tidak lama, pesan tersebut terbalaskan. Buru-buru, Jerhan keluar dari UGD tersebut.