Kantin Teknik


Juan duduk di bangku kantinnya seorang diri—tadinya dia bersama Annette, sepupunya, tapi gadis itu pamit sebentar untuk ke kamar mandi. Jadilah, Juan disana sendirian sembari menyantap nasi goreng seafood pesanannya yang sudah tinggal setengah piring.

Disela-sela waktu makannya, tiba-tiba ada seorang perempuan yang datang menghampiri meja kantin yang ditempati oleh Juan dan Annette itu. Juan langsung tersedak begitu dia melihat sosok perempuan di hadapannya ini.

Dia terlihat terkejut ketika Juan batuk-batuk akibat tersedak makanannya sendiri. Di atas meja itu, dia tidak melihat adanya air minum, maka dari itu, dengan penuh inisiatif, gadis tersebut memberikan botol air mineral yang masih penuh kepada Juan.

Juan awalnya menolak, tapi gadis itu tetap memaksa karena dia tidak tega melihat wajah Juan yang memerah akibat tersedak. Pada akhirnya, Juan menerima minuman tersebut, dan meminumnya hingga sisa air di dalam botol tersebut sisa setengahnya.

Lelaki itu bernafas lega,

Thank you buat minumannya.” ucap Juan dengan nafas yang masih agak berat.

“Sama-sama.” jawab gadis itu sambil menyunggingkan senyuman tipisnya.

By the way, kalau boleh tahu, nyariin siapa ya?” Juan bertanya kembali.

“Annette, dia bilang tadi katanya duduk di meja nomor 7, tapi kayaknya gue salah meja.” jawab gadis itu sembari melirik ke sekeliling kantin, mencari dimana sosok Annette berada.

“Oh, lo temennya Annette ya?”

“Iya.”

“Annette duduk disini kok, dianya lagi ke kamar mandi sebentar, paling bentar lagi juga balik.” tiba-tiba Juan berdiri dari duduknya, dan dia mengulurkan tangannya kepada gadis dihadapannya itu, “nama gue Juan.” ucapnya memperkenalkan diri.

Gadis itu menerima uluran tangan Juan, “Jessie.” jawab gadis yang ternyata bernama Jessie itu sembari tersenyum.

Percaya atau tidak, senyuman Jessie yang terkesan tipis namun manis itu berhasil membuat degup jantung Juan berada di batas normal alias tidak karuan. Dia tidak pernah melihat senyuman semanis itu di sepanjang hidupnya,

“Duduk aja silahkan, di tunggu Annettenya.” ucap Juan mempersilahkan Jessie untuk duduk setelah jabatan tangan mereka terlepas.

Jessie pun mengangguk. Juan kembali duduk di tempatnya, dan kemudian Jessie mendudukan dirinya di tepat di kursi yang ada di depan Juan. Kini mereka berdua sudah sama-sama duduk di meja yang sama, situasinya benar-benar awkward, terlihat sekali dari mereka berdua yang hanya saling diam, sambil sesekali saling mencuri pandang.

Baik Jessie maupun Juan, keduanya sama-sama gugup, tidak tahu harus berbicara apa,

“Cantik banget anjinggggggg ini cewek, udah gila apa ya si Annette punya temen secantik ini bukannya dijodohin sama gue?” batin Juan memuja salah satu hasil ciptaan Tuhan dihadapannya itu.

“Demi apapun, gue gak expect kalau sepupunya Annette bakalan secakep ini. Ya Allah, dia kalau sama gue aja boleh gak sih? Cakep banget soalnya, sayang kalau gak dijadiin pacar mah.” tidak hanya Juan, Jessie pun ikut memuja Juan di dalam hatinya.

Tidak lama kemudian, Annette pun datang setelah cukup lama dia berada di toilet. Senyum Annette langsung merekah ketika dia melihat sahabatnya, Jessie sudah berada disini—duduk berdua bersama Juan, sepupu kesayangannya,

“Ehhhhhhh sahabatku dateng juga akhirnyaaaaaaa.” sambut Annette dengan begitu ceria.

“Kalau gue gak dateng nanti lo kangen sama gue lagi.” jawab Jessie.

“Tau aja.” Annette melanjutkan ucapannya, “eh lo udah kenalan belom sama temen gue?” tanya Annette sambil menatap Juan.

“Udah, iya kan, Jess?” jawab Juan seraya menatap Jessie, dan Jessie pun menganggukan kepalanya.

“Bagus deh kalau udah kenalan, jadi gue gak perlu capek-capek ngenalin lo berdua lagi.” ucap Annette sembari duduk di kursi yang berada di sebelah Juan, “lo gak pesen makanan, Jess?”

“Iya ini mau pesen kok. Bentar ya.”

Annette dan Juan kompak menganggukan kepalanya. Mempersilahkan Jessie untuk memesan makanan,

Jessie langsung bangkit dari tempat duduknya, dan berjalan pergi meninggalkan Annette dan juga Juan disana.

Setelah memastikan kalau Jessie sudah agak sedikit jauh dari meja makan Annette dan Juan. Lelaki itu langsung bersikap heboh, membuat Annette cukup terkejut,

“Lo kenapa anjir?” Annette bertanya begitu heran.

“Kenalin gue!” desak Juan, “kenalin gue sama dia please.”

“Kan tadi katanya udah kenalan.”

“Maksudnya comblangin gue.” mohon Juan, “gue kayaknya jatuh cinta pada pandangan pertama sama dia.”

“Ada duit ada barang sih kalau gue.” Annette selalu pintar dalam memanfaatkan keadaan.

Juan mendecak,

“Gue traktir lo sampai gue berhasil deket sama dia.”

“Ok, deal!”

Annette tersenyum senang.

Sementara Juan membatin, namun dia pikir tidak apa-apa, toh uang Juan banyak, yang penting dia bisa dekat dengan Jessie setelah ini.