Karenina's Apartement


“Kok kakak parkir?” Karenina bertanya heran sesaat setelah mobil milik Javier terparkir dengan begitu rapih di basement khusus pengunjung apartement Karenina.

“Mau nganterin lo sampai depan kamar.” jawab Javier sambil melepaskan safety beltnya, sehabis itu dia menoleh ke arah Karenina yang masih kebingungan akan perlakuan Javier. Pria itu menyunggingkan senyuman manisnya, “ayo?”

“Hah?”

Javier tertawa pelan. Tangannya ia gunakan untuk mengacak-acak puncak rambut Karenina, yang mana hal itu sangat amat berbahaya untuk Karenina, disebabkan karena pipinya yang sekarang tiba-tiba memerah, dan perasaan salah tingkah yang menghinggapi dirinya,

“Gue anterin lo sampai depan unit apartement lo.” Javier mengulang ucapannya di awal.

Karenina langsung tersadar sepenuhnya. Gadis itu langsung menggelengkan kepalanya,

“Eh gak usah.” tolak Karenina dengan sangat halus.

“Gak apa-apa. Jadi kalau mau main atau apa, gue enggak perlu nungguin lo di lobby, biar gue langsung naik aja ke atas ke unit apartement lu.”,

Astaga, Ya Tuhan, Karenina benar-benar tidak menyangka kalau dirinya akan diantar pulang oleh Javier, bahkan dia juga akan diantar sampai ke depan pintu unit apartementnya oleh Javier. Ini mimpinya sejak dahulu, tapi, setelah Tuhan mewujudkannya, kenapa rasanya malah berbeda? Senang, tapi, ada perasaan bingung juga di dalam diri Karenina.

Mungkin, karena selama ini, Javier hanyalah sosok nyata di dalam hidupnya yang selalu ia khayalkan di setiap detiknya,

“Lah ini malah ngelamun. Woy!” Javier menggoyangkan tubuh Karenina perlahan, sampai gadis itu tersadar dari lamunannya, dan memasang ekspresi polosnya yang menggemaskan.

“Apa?”

“Oke, ini kayaknya kalau nanya nanya mulu, lo bakal nginep di mobil gue, jadi sekarang, ayo kita turun.”

Belum sempat Karenina berbicara, Javier buru-buru keluar dari dalam mobilnya. Ia memutari mobilnya hanya untuk membukakan pintu mobil untuk Karenina. Dan, setelah pintu terbuka, bukannya turun Karenina malah menatap Javier dengan raut wajah yang membingungkan,

“Kayaknya ga perlu sampai segininya deh.” ucap Karenina.

Javier tersenyum, “i just want to treat you well.” jawaban itu, kembali memberikan sensasi kupu-kupu di dalam perut Karenina.

Karenina tersipu malu.

Lalu, ia turun dari mobil tersebut. Javier menutup pintu mobilnya, dan keduanya pun masuk ke dalam pintu samping lobby apartement. Di tengah-tengah perjalanan mereka, tiba-tiba saja, Javier meraih tangan Karenina dan menggenggamnya.

Karenina jelas terkejut. Ia bahkan sampai menghentikan langkah kakinya, yang mana itu membuat Javier juga ikut menghentikan langkah kakinya. Karenina menoleh menatap Javier, Javier pun melakukan hal yang sama. Mata indah lelaki itu seolah-olah bertanya kepada Karenina, kenapa dirinya tiba-tiba berhenti seperti ini,

“Kak, you hold my hand.”

“And then?”

Aku salah tingkah, kak. Gumam Karenina di dalam hatinya.

Gadis itu buru-buru menggelengkan kepalanya. Dan, keduanya kembali melanjutkan langkah mereka yang tadi sempat berhenti ke pintu lift untuk naik ke unit apartement Karenina yang berada di lantai 3. Setelah menunggu lift, pada akhirnya, pintu itu terbuka dengan sendirinya. Karenina dan Javier pun masuk ke dalam sana. Masih dengan tangan yang saling bertaut. Tangan kanan Javier yang mengganggur ia gunakan untuk menekan tombol angka nomor 4 di dalam lift tersebut. Setelah itu pintu lift tertutup.

1….

2….

dan

3….

Di lantai 3, tiba-tiba pintu lift terbuka, dan yang membuat terkejut adalah, ada dua pasangan yang sedang bercumbu dilorong unit apartement lantai 3, posisinya memang membelakangi Javier dan Karenina, namun tetap saja, keduanya merasa sangat awkward hanya dengan melihat itu saja. Kali ini gantian Karenina yang menekan tombol penutup pintu lift, setelah tertutup, barulah lift ini naik ke satu lantai lagi.

TING!

Suara bell penanda kalau lift sudah tiba di lantai tujuan itu berbunyi bertepatan dengan berhentinya lift di lantai 4. Pintu pun terbuka, masih dengan berpegangan tangan, Karenina dan Javier keluar dari dalam sana dan berjalan menuju kamar unit apartement Karenina yang berada di ujung lorong ini.

Setibanya di depan pintu unit apartement Karenina. Gadis itu langsung melepaskan tangannya dari tangan Javier, walaupun sebenarnya dia ingin terus memegang tangan Karenina sampai kapanpun,

“Makasih udah repot repot dianterin sampai sini.” ucap Karenina sambil tersenyum.

Javier mengangguk. Ikut menyunggingkan senyumannya, “istirahat ya.”

Karenina mengangguk patuh,

“Masuk dulu ya kak.” pamit Karenina.

“Iya.”

Karenina berbalik untuk memasukan password apartementnya, agar pintu unitnya terbuka. Sementara, Javier masih berdiri dibelakang gadis itu, sambil memperhatikan Karenina,

“Mimpiin gue jangan lupa.” canda Javier.

Karenina menoleh ke belakang dan tersenyum geli. Begitu pintu terbuka, Karenina masuk ke dalam, dan Javier pun pergi pulang ke apartementnya dengan perasaan senang.