Ketemu


“I got you pretty.”

Jenar ngegumam di dalam hatinya sambil memperlihatkan smirk khasnya waktu dia ngeliat Maura, perempuan yang tadi siang mergokin dia lagi make out sama Alice di kamar mandi. Dan, tanpa pikir panjang, Jenar langkahin kakinya untuk mendekat ke arah Maura, yang sepertinya lagi nunggu ojek online yang di pesennya,

“Hai.” Jenar nyapa Maura, yang mana hal itu cukup berhasil bikin Maura kaget bukan main.

Enggak bisa, Jenar enggak bisa tahan sama tingkah gemes Maura kali ini. Makanya, dia ketawa kecil yang bikin Maura bukannya terpesona malah jadi takut. Keliatan banget dari raut mukanya, dan tangannya yang diem-diem mengepal ketakutan,

“I know you scared of me, but don't worry, im not gonna hurt you.” ujarnya, seolah dia tahu percis apa yang lagi Maura pikirin kali ini, “gue cuman mau kenalan sama adik tingkat gue sendiri, is that wrong?

Jenar menatap mata Maura dalam-dalam. Ada perasaan gila yang muncul di dalam dirinya waktu matanya berhasil masuk ke perangkap mata indah Maura. Sementara Maura, dia hampir kehipnotis sama Jenar, dan untungnya suara klakson motor berhasil menyadarkan Maura bahwa Jenar bukanlah laki-laki yang baik,

“Sorry tapi aku harus pergi kak, ojekku udah dateng. Perm—”

Jenar langsung menahan tangan Maura begitu dia bilang permisi dan hendak pergi ninggalin Jenar. Hahaha! Jenar enggak sebaik itu, kalau dia pengen sesuatu, dia enggak bakalan pernah ngebiarin sesuatu itu pergi, sebelum dia selesai sama urusannya.

Maura gak bisa nyembunyiin perasaan takutnya waktu tangan dia ditahan sama Jenar. Keliatan dari badannya yang tiba-tiba menegang, dan raut wajahnya yang gemang, dan tangannya yang sedikit gemetar,

“Cuman kenalan doang, gak ngabisin waktu lima jam. Nama gue Jenar, nama lu?” ucap Jenar dengan suaranya yang rendah.

Maura menghela nafasnya kasar, sambil dia nelen air liurnya kasar,

“Maura.”

Senyum kemenangan langsung terpatri di wajah tampannya yang bak seorang Don Juan. Akhirnya, dia tahu nama perempuan yang berhasil merebut perhatiannya,

“Nice to know your name. Your name is so beautiful, just like you.” sanjung Jenar kepada Maura.

Enggak ada sama sekali perasaan salah tingkah atau seneng waktu Jenar ngegombalinnya kayak gitu, yang ada cuman rasa takut dan gak nyaman. Tapi, Jenar enggak peka juga akan hal itu, atau mungkin dia peka tapi dia gak peduli? Entahlah,

“Kak, maaf, tapi aku mau pulang.”

Jenar pengen banget ngajakin Maura pulang bareng, tapi sialnya, dia udah janji buat main sama Alice. Sialan! Kesempatan Jenar jadi hilang hanya karena kecerobohannya sendiri. Dengan sangat amat terpaksa, Jenar ngelepasin tangan Maura, dan ngebiarin Maura pulang naik ojol pesenennya yang udah dateng dari lima belas menit yang lalu.

Enggak ada kata perpisahan atau pamitan yang dilontarin dari mulut Maura ke Jenar, begitupun sebaliknya, enggak ada kata hati-hati yang keluar dari mulut Jenar ke Maura. Begitu Jenar lepasin tangannya dari Maura, cewek itu buru-buru nyamperin motor beat milik abang ojolnya, dan naik setelah itu abang ojolnya pergi—karena perintah Maura, karena hal itu lah, Jenar gak sempet bilang hati-hati ke Maura.

Emang, kayanya buat deketin Maura Jenar harus akting dulu jadi cowok baik-baik dan gak galak kayak pas dia sama cewek lain.