Mommy


“So, what happen to you?” tanya wanita tua yang merupakan ibu kandung dari Kaynara sambil memandangi anak perempuan yang duduk di hadapannya penuh curiga.

Bagaimana tidak curiga, Mama Kaynara tahu kalau anak perempuannya itu bukan tipikal anak perempuan yang pemalas. Kaynara selalu rajin membereskan kamarnya, dia juga benci kalau sesuatu tidak tertata dengan rapih di manapun itu. Tapi tadi, beliau datang ke apartement Kaynara dan melihat apartemen itu yang seperti kapal pecah.

Untungnya, setelah Kaynara tiba di apartemennya, gadis itu langsung bergegas membersihkan segala kekacauan di apartemennya. Dan tentu di bantu oleh ibunya, tidak mungkin wanita itu tega membiarkan anak perempuan satu-satunya ini membereskan semua kekacauan ini sendirian, apalagi posisinya Kaynara baru saja pulang kuliah,

“Nothing.” jawab Kaynara dusta. Dia tidak mau jujur alasan dibalik kamarnya yang berantakan ini.

Sang ibunda menghela nafasnya lalu menatap Kaynara dengan tatapan memohon,

“Nak, mama tau kamu loh, kamu gak mungkin tiba-tiba berantakan kayak tadi kalau semisal kamu lagi gak ada masalah.” digenggamnya tangan Kaynara, gadis itu terdiam sambil menatap wajah ibunya. Di dalam pikirannya dia sedang menimang-nimang apakah dia harus jujur atau tetap berbohong, “ayo nak, ceritain sama mama semuanya. Whatever what the reason is, im not gonna judge you. I promise.”

“You promise?” lirih Kaynara sambil menatap sang ibunda tepat di bola matanya. Gadis itu mencari kejujuran di balik bola mata cokelat milik sang ibunda, dan ia menemukannya disana.

“I promise.”

Kaynara melepaskan tangannya dari genggaman sang ibunda. Ia menyenderkan punggungnya ke senderan kursi, lalu menghembuskan nafasnya berat dan mulai bercerita,

“Yesterday, i confessed to someone, and he rejected me.”

Sang ibunda terkejut mendengar penuturan Kaynara. Ia menatap sang anak dengan tatapan penuh belah kasihan. Kaynara benci sebenarnya ditatap seperti itu, tetapi dia sudah tidak memiliki banyak energi untuk protes. Gadis itu sudah terlalu lelah menangis semalaman, belum lagi hari ini kelasnya sangatlah padat, membuat dirinya semakin lemah tak berdaya,

“Oh honey. Im so sorry.” tulus sang ibunda, yang hanya dijawab dengan anggukan kepala oleh Kaynara, “dia bener bener bodoh banget udah nolak anak mama yang cantik ini.”

“Percuma cantik tapi gak bisa naklukin hati cowo yang kita suka.” sarkas Kaynara kepada dirinya sendiri seraya melipat kedua tangannya di depan dada, dan menoleh ke arah lain.

Sang ibunda bangkit dari duduknya, ia menarik kursi yang di dudukinya menggunakan tangannya sendiri, dan menaruhnya di samping Kaynara, lalu wanita itu kembali mendudukan pantatnya disana, dan menarik Kaynara agar menaruh kepalanya di bahu sang mama. Beliau tahu, anaknya sedang membutuhkan ini sekarang,

“Hei, dengerin mama, kamu itu udah yang paling cantik loh nak. Kalau dia gak suka sama kamu, ya udah gak masalah, mungkin standar dia yang rendah. Kamu bisa dapetin yang lebih dari dia. Gentala misalnya.”

Kaynara mendecak sebal. Dia baru saja patah hati, tapi ibunya sudah menyinggung nama pria lain,

“Maaaaaaa, aku baru disakitin cowok loh ma.” rengek Kaynara.

Sang ibu hanya terkekeh, sambil menarik tubuh anak gadisnya ke dalam dekapannya. Dan mendekapnya dengan erat, sembari megecupi puncak kepalanya,

“Akan ada saatnya laki-laki yang mencintai kamu lebih besar daripada kamu mencintai dia. You just have to wait, its all about the time.”