My Heart is Yours
Disinilah Gentala dan Kaynara sekarang. Duduk di hamparan bukit kecil dekat rumah dinas kedua orang tua mereka dulu. Banyak kenangan yang mereka ciptakan berdua disini, contohnya seperti bermain layangan bersama, melihat bintang menggunakan teleskop milik ayah Gentala, mendirikan tenda, dan lain-lain.
Keduanya hanya diam, sambil mata mereka menatap lurus ke depan. Mereka sama-sama tengah mengingat semua kenangan kenangan indah yang sudah mereka lakukan bersama semasa kecil dulu. Senyuman menyungging di bibir mereka, teringat akan polosnya mereka waktu itu,
“Do you remember? Kamu pernah nangis sesenggukan disini, karena aku pura-pura pingsan?” Gentala mulai membuka suaranya.
Kaynara mengangguk sambil tertawa, “waktu itu aku freak out banget, kamu tiba-tiba pingsan disaat aku kebelet pipis. Emang ngeselin!” ujarnya seraya memukul lengan atas Gentala pelan.
Gentala ikut tertawa,
“Kamu tau gak alasan aku kayak gitu karena apa?” tanyanya.
“Apa?”
“Ayah bilang ke aku, katanya kalau misalkan kita mau tau seseorang itu cinta atau enggak sama kita, coba kita pura-pura sakit atau pingsan. Kalau dia cuma khawatir tanpa nangis itu artinya dia cuma perduli sama kita, tapi kalau dia khawatir dan nangis, itu artinya dia cinta sama kita.” jelas Gentala yang membuat Kaynara tersenyum tipis. Berusaha menahan rasa saltingnya.
“Kamu tuh yah, umur kamu walaupun waktu itu diatas aku, tapi kita berdua sama-sama masih minor, kamu malah ngomongin soal cinta mana sampai ngajakin aku nikah segala lagi.” ledek Kaynara.
Gentala tertawa mendengar ejekan Kaynara. Tidak, dia tidak merasa tersinggung akan ejekan tersebut. Lelaki itu menarik nafasnya dalam-dalam, lalu menghembuskan perlahan, seraya menselonjorkan kakinya, dan menaruh kedua tangannya di belakang sejajar dengan pinggul,
“Tapi tawaran itu masih berlaku loh.” ucap Gentala.
Kaynara benar-benar menghindari percakapan ini. Tapi, lelaki itu malah mengungkitnya. Dia melirik Gentala dan menatap lelaki yang duduk di sampingnya itu dengan tatapan memohon agar tidak membahas hal seperti ini,
“Kak…” lirih Kaynara.
Gentala menoleh ke samping untuk bisa menatap wajah Kaynara, “aku serius Kay. Tawaran itu akan terus berlaku sampai kapanpun.” lanjutnya dengan sungguh.
Kedua mata itu saling bertemu, memancarkan sebuah kerindungan yang mendalam. Ini gila, tapi Gentala sangat ingin mengecup bibir Kaynara dan menarik gadis itu ke dalam dekapannya, lalu menjadikan Kaynara sebagai gadis yang akan menjadi teman hidup Gentala sampai waktunya di dunia habis,
“Kamu punya Kak Tiara.” lirih Kaynara, mata gadis itu memanas, entah kenapa ia merasa sakit dan juga sedih berada di posisi seperti ini.
“Badan aku emang punya dia, tapi hati aku cuma punya kamu, Kaynara. Aku berani sumpah di depan orang tua kamu bahkan Tuhan sekalipun.” ujar Gentala dengan begitu yakin.
Lelaki itu merubah posisi duduknya menjadi tegap dan bersila,
“Kenapa? Kenapa kamu punya perasaan sama kamu, disaat kamu pacaran sama Kak Tiara?”
Gentala menghembuskan nafansya. Oke, mungkin ini adalah waktu yang tepat untuk Kaynara tahu kekacauan apa yang sebenarnya terjadi disini,
“Dia sakit, Kay.”
“I know, she is sick. That's why kemarin kita jengukin dia kan di rumah sakit.” ucap Kaynara yang masih tidak tahu maksud sakit oleh Gentala.
Lelaki itu menggelengkan kepalanya,
“Dia sakit keras.” Gentala melanjutkan ucapannya, “kanker darah stadium 4.”
Kaynara membulatkan bola matanya. Terkejut. Amat sangat terkejut gadis itu mendengar kabar menyedihkan ini dari Gentala. Rasa kesal yang sempat menghinggapi dirinya terhadap Tiara atas perlakuan wanita itu kepada Kaynara di rumah sakit, digantikan menjadi rasa iba dan prihatin,
“Kak, kamu tau dia sakit, tapi kamu malah bersikap kayak gini ke dia? Are you even have a heart?”
“I tried to love her, Kay, but i couldn't.” ucap Gentala putus asa.
Kaynara hanya diam sambil matanya terus memandangi Gentala. Gadis itu benar-benar tidak pernah menyangka kalau dirinya akan berada di posisi yang sesulit ini. Kalau boleh jujur, Kaynara sudah jatuh ke dalam pesona Gentala sejak dari dulu. Dari banyaknya lelaki yang pernah masuk ke kehidupan Kaynara, entah itu mantan pacarnya atau laki-laki yang pernah disukainya, tidak ada yang membekas seperti Gentala. Gentala memiliki tempat paling spesial di hati Kaynara. Lelaki itu adalah cinta pertamanya, bagaimana bisa Kaynara melupakan Gentala dengan begitu mudahnya?
Pria itu tiba-tiba meraih tangan Kaynara, mengangkatnya ke tepat ke depan mulut Gentala, lalu mengecupnya dengan durasi yang lumayan lama. Demi Tuhan, Kaynara tidak mampu lagi untuk membendung air matanya.
Melihat hal tersebut, Gentala langsung menghapus air mata yang membasahi pipi chubby gadis itu menggunakan ibu jarinya. Lalu, setelah itu, Gentala menangkup pipi Kaynara menggunakan tangan besarnya itu. Mata itu kembali menatap Kaynara dengan penuh cinta dan kerinduan,
“Tolong, jangan kemana-mana lagi. Tetep disini sama aku, aku akan lawan semuanya, dan kita bakal hidup bersama. Aku janji sama kamu. Ini semua enggak bakalan lama, aku mohon sama kamu, ya?”
“Kak, aku merasa jahat.” lirih Kaynara.
Gentala menggelengkan kepalanya, matanya menatap sedih Kaynara,
“No, kamu gak jahat. Dari awal aku gak pernah cinta sama dia. Aku selalu pingin akhirin hubungan ini, tapi bujuk rayu orang tuanya, yang minta aku untuk stay karena cuman aku alasan Tiara untuk sembuh bikin aku merasa punga tanggungjawab besar. Kamu tau, Kay, selama ini hidup aku dipenuhi bayang-bayang itu, aku bahkan gak punya kebebeasan, karena apa-apa aku harus ngurusin Tiara. Aku cape, Kay. Aku bener bener capek, aku kayak dilahirin ke dunia ini cuman untuk nyenengin Tiara tanpa aku bisa nyenengin diri aku sendiri.”
“Aku mohon sama kamu. Aku butuh kamu, aku butuh orang yang aku cintai untuk aku jadiin tempat pulang. Aku mohon sama kamu. Kamu rumahku, Kay, aku gak bisa kemana-mana lagi selain ke kamu.”
Gentala juga ikutan menangis. Kini, giliran Kaynara yang bergantian menghapus air mata itu menggunakan jari-jari cantiknya. Gadis itu tersenyum tipis,
“Kak, aku mau buat pengakuan sama kamu.”
“Apa itu?” tanyanya, seraya melepaskan tangannya dari pipi Kaynara.
“Dari dulu, aku udah jatuh cinta sama kamu. Kamu cinta pertama aku, aku gak mungkin bisa lupain kamu, semudah aku ngelupain mantan pacar aku atau cowo cowo yang pernah aku sukai. Kamu punya tempat spesial di hati aku.”
“Jadi, aku bakal temenin kamu. Aku tahu ini salah, tapi aku gak mau liat kamu kesiksa sendirian, aku selalu ada untuk kamu. Aku bakal jadi rumah ternyaman untuk kamu.”
Kebahagiaan dan keharuan terpancar dari mata Gentala setelah mendengar penutusan Kaynara barusan. Senyuman lebar juga menghiasi wajah tampan Gentala. Ini adalah senyuman terlebar yang pernah Gentala tunjukkan setelah kurang lebih 1 tahun dia berkencan secara terpaksa dengan Tiara,
“Can i hug you, sayang?”
Kaynara tersenyum, sambil merentangkan kedua tangannya lebar-lebar.
Dengan penuh kebahagiaan, Gentala mendekap tubuh Kaynara erat, sambil sesekali ia menciumi puncak kepala Kaynara. Sekarang, Gentala merasa hidup kembali. Setelah sebelumnya, dia merasa kalau dia sebenarnya sudah dari sejak lama mati, namun, Tuhan masih memberikan bonus untuk dia bisa beraktifitas dengan jiwanya yang sudah lama mati itu,
“I love you so much, Kaynara.”
“I love you too, Kak Genta!”