PACAR PURA PURA
“Gimana? Enak gak sphagettinya?”
Tanya Kanaya yang duduk di hadapan Jerhan yang sedang menyantap sphagetti buatan Kanaya, sambil gadis itu menaruh kedua telapak tangannya yang sudah saling dieratkan dibawah dagunya, dengan kedua sikut tangannya yang digunakan untuk menahan beban tubuhnya,
Jerhan terlihat asik menikmati sphagetti tersebut, dan begitu diberi pertanyaan seperti barusan oleh Kanaya. Pria itu terdiam sebentar, dan merubah ekspresi mukanya menjadi ekspresi muka tidak enak. Kanaya mengerutkan dahinya bingung,
“Udah gue bilang juga apa, masakan lo tuh no taste.” bohong Jerhan.
Tidak, Jerhan tidak serius mengatakan itu. Menurutnya, ini adalah sphagetti terenak yang pernah dia makan, bahkan jauh lebih enak dari sphagetti buatan ibundanya. Perkataannya barusan, hanyalah bentuk kejahilan Jerhan terhadap Kayana.
Entahlah, sepertinya menjahili Kayana sekarang akan menjadi hobi baru untuk Jerhan selama gadis itu berada di Paris. Respon Kayana yang selalu menggemaskan, membuat Jerhan gemas dan selalu merasa kurang puas kalau hanya enjahili gadis itu sekali saja.
Contohnya sekarang, begitu Jerhan bilang kalau masakan Kanaya tidak ada rasa sama sekali. Kanaya langsung melipat kedua tangannya di dada, ekspresi mukanya berubah menjadi marah, bibirnya yang manis itu ia majukan beberapa senti ke depan. Benar-benar menggemaskan dimata Jerhan,
“Kamu tuh yah! Ih kenapa sih jadi orang jangan jujur jujur banget?” kesal Kanaya.
“Sini gue kasih tau…..” ucap Jarvis sambil mengunyah sphagetti yang ada di mulutnya, lalu menelannya 5 detik kemudian, “kita jadi manusia itu harus jujur, ya emang kadang kejujuran itu menyakitkan, tapi kan itu jadi pahala buat kita. Betul apa betul? Ya betul!”
Jerhan, lanjut menyantap sphagetti tersebut.
Kanaya diam-diam memperhatikan Jerhan yang tetap memakan sphagetti buatan Kanaya, padahal tadi dia bilang kalau sphagetti Kanaya itu sama sekali tidak ada rasa. Dalam hatinya Kanaya bergumam kesal,
“Cih! Katanya gak enak, tapi diabisin juga tuh buktinya. Dasar cowok super duper annoying, gak jelas, nyebelin, eughhhhh! Amit amit deh aku bisa suka sama cowok modelan begini.”
“Eh gue boleh nanya satu hal gak sama lu?” tanya Jerhan tiba-tiba. Nada suaranya terdengar begitu serius.
Rasa kesal Kanaya sedikit mereda, digantikan dengan rasa penasaran atas pertanyaan Jerhan yang akan ditanyakan kepada dirinya,
“Boleh.” jawab Kanaya.
“Do you still love him?” tanya Jerhan yang berhasil merubah air muka Kanaya yang asalnya terlihat penasaran kini menjadi sendu.
“Jendral?” Kanaya bertanya. Ia terdiam, sorot mata sedihnya menatap lurus ke arah kaca yang sengaja di taruh di sudut dapur apartement Jerhan. Senyum getir terpatri di wajah cantik gadis itu, “gak tau, aku bingung, perasaan apa yang aku rasain sekarang ini. Aku sedih? Enggak. Kecewa? Enggak. Apa mungkin my feelings for him are gone?”
Jerhan terdiam, dan malah melanjutkan sesi makannya.
Merasa tidak kunjung mendapatkan jawaban dari lelaki itu. Kanaya langsung menggebrak bawah meja makan berbahan dasar kayu itu menggunakan lututnya. Jerhan terkejut dan langsung melayangkan protesnya,
“Ya Allah, Nay, lagi makan gua Nay, lu deplok-deplokin meja makan gua yang ada ni sphagetti mental. Diem dulu ngapa.”
Kanaya menghela nafasnya kesal, “kamu ngeselin banget! Orang nanya bukannya di jawab malah diem aja.”
“Ya gue gak tau jawaban yang pas atas pertanyaan lu itu apaan.” jawab Jerhan dengan santainya, “lagian, yang bisa jawab pertanyaan itu tuh ya cuman diri lo sendiri. Lo yang punya perasaannya, lo yang ngerasain perasaan itu. Ini malah nanya ke orang lain, ya orang lain mana paham.”
Kanaya terdiam. Matanya fokus memperhatikan wajah Jerhan dengan begitu serius, dan raut wajah muka yang tidak bisa dijelaskan apa artinya,
“Masalahnya, semua perasaan sedih itu hilang, setelah aku kenal kamu, Jerhan. Aku gak tau, sehebat apa kamu bisa ngilangin perasaan sedih aku ini. Rasanya aneh, pertemuan kita pun bisa dibilang belum lama, tapi kamu cukup berhasil bikin aku lupa sama rasa sakit aku. Terima kasih.”
BRAK!!!!!
Kanaya terkejut setengah mati. Ia langsung mengelus-elus jantungnya. Mata indahnya itu menatap Jerhan marah,
“IHHHH KAMU!” tangan Kanaya hendak meraih tangan kekar Jerhan dan memberi pukulan yang sangat keras disana, namun sayangnya Jerhan terlalu pintar untuk menghindar, sampai pada akhirnya, Kanaya menyerah, “please, sehari aja, bisa gak sih gak berulah dan bikin aku marah?”
Jerhan hanya tertawa menanggapi permintaan Kanaya. Itu semakin membuat Kanaya kesal,
“Eh iya, besok kan lu jadi pacar pura-pura gua nih. Nah ayo kita latihan sekarang.” ajak Jerhan.
“Latihan gimana?”
“Ya latihan, dimulai dari panggilan.” ucap Jerhan begitu antusias, “kita mulai dari kata sayang ya?”
Kanaya pasrah, dia mengangguk dan mengikuti semua kemauan Jerhan yang semakin lama semakin aneh-aneh dan tidak masuk diakal. Semoga saja setelah ini, Jerhan tidak memintanya untuk melakukan bungee jumping dari menara eiffel tanpa pengaman,
“Kanaya sayang.” panggil Jerhan dengan begitu lembut.
Tubuh Kanaya seperti diserang oleh sengatan listrik tinggi ketika Jerhan memanggilnya dengan panggilan seperti itu. Pipi Kanaya menghangat, dirinya juga seketika menjadi salah tingkah. Melihat reaksi yang diberikan Kanaya setelah Jerhan memanggil gadis itu dengan panggilan sayang, membuat Jerhan tersenyum penuh kemenangan,
“Sekarang gantian, lo yang panggil gue sayang.” lanjut Jerhan.
Kanaya tersadar, “eh apa?”
Jerhan mendecak,
“Panggil gue sayang. Kita kan besok mau jadi pacar pura-pura, masa gak ada panggilan romantis sih?”
“Emang harus banget?”
“Ya iyalah, kalau enggak, nanti keliatan banget dong boongnya.” ucap Jerhan, “udah pokoknya sekarang lo manggil gue sayang, tapi yang tulus ya? Terus juga nada suaranya harus lembut. Pokoknya harus mengkhayati.”
“Astaga iya iya. Banyak mau banget deh kamu!” jengah Kayana.
Kayana kemudian menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan,
“Sayang.” panggilnya dengan begitu lembut dan tulus, ditambah lagi, sambil memanggil itu, sambil Kayana menatap lurus mata Jerhan.
Jelas Jerhan salah tingkah, apalagi telinganya sudah berubah warna menjadi sangat merah sekarang. Namun, Jerhan sangat pandai dalam menyembunyikan perasaannya. Jadi, tidak akan ada yang menyangka kalau dirinya yang terlihat seperti biasa-biasa saja itu sedang sangat amat merasa salah tingkah,
“Udah kan?” Kayana bertanya dengan kesal.
Jerhan mengangguk,
“Selebihnya kayak pegangan tangan, rangkulan, enggak perlu gue ajarin kan?”
“Kita harus ada skinship banget?” tanya Kanaya.
Jerhan memutar bola matanya,
“Kalau mau jauh-jauhan mah mending lu jadi musuh pura pura gue aja.” kesal Jerhan, “coba bayangin kita dateng kesana, jalannya jauh-jauhan apa kata orang-orang disana coba?”
“Perduli banget sama pandangan orang tentang kita?”
Jerhan terdiam,
“Ya terserah lah, pokoknya gue mau besok kita ada skinship, ya kalau gak mau rangkulan, minimal pegangan tangan.”
Kayana hendak membuka mulutnya,
“Dan gak boleh protes! Kalau protes, utang lo yang 3 juta gue bungain.”
“KOK GITU?”
“Makanya nurut.”
“AAAAAAAA JERHANNNNNN KENAPA KAMU NYEBELIN BANGETTTTTT!!!!!!!!!!”
Teriak Kanaya kesal.
Mendengar itu, Jerhan hanya tertawa. Benar-benar suatu kebahagiaan yang sempurna apabila kita tertawa dibalik penderitaan seseorang.