PREPARE FOR THE PARTY


Sekitar jam dua belas siang waktu Paris, Jerhan sudah membawa Kanaya pergi untuk membeli mini dress dan juga merubah penampilan Kanaya, dikarenakan hari ini, Kanaya akan menemani Jerhan untuk datang ke acara birthday party Alice.

Sejujurnya, Kanaya sempat memberontak, sampai Jerhan harus sekuat tenaga menyeret gadis itu cantik itu agar dirinya mau untuk di make over dan juga pergi ke outlet baju mahal dan berkelas. Dan, pada akhirnya, Kayana pun mengalah.

Dia pasrah, dia pasrah atas apa yang akan Jerhan lakukan kepadanya. Syukur-syukur, Jerhan tidak menyuruh Kayana menari terlanjang di tengah jalanan Paris yang selalu padat oleh banyaknya kendaraan yang berlalu lalang.

Sekarang, tujuan utama mereka ialah, salah satu outlet baju dengan merk branded yang sudah tidak asing lagi dikalangan orang-orang, baik itu pecinta fashion maupun yang tidak terlalu perduli dengan fashion. Kanaya dan Jerhan masuk ke dalam, dengan wajah Kanaya yang ditekuk dan merengut, sementara Jerhan yang terlihat begitu antusias,

“Bienvenue, monsieur jerhan.” sapa seorang lelaki gemulai yang langsung menyambut kedatangan Jerhan dengan begitu ramah, tak segan ia memeluk Jerhan dan memberikan cipika cipiki kepada pria itu. Kanaya hanya mampu meringis menatap pemandangan tersebut. Welcome, Sir Jerhan.

Lelaki yang tidak sama sekali Kanaya kenali itu, melirik Kanaya yang sedari tadi berdiri disamping Jerhan. Ia meliriknya dari atas sampai bawah, seolah-olah mengobservasi penampilan Kanaya. Ekspresi mukanya bisa diliat sangat tidak enak untuk dipandang. Tidak lama, ia kembali menatap Jerhan,

“Qui est-elle? Est-elle ta petite amie?” tanya lelaki itu dengan nada yang meremehkan. Kanaya tidak tahu arti dari ucapan lelaki tersebut, karena dia tidak bisa sama sekali berbahasa Perancis. Namun satu yang pasti, Kanaya tahu, kalau lelaki itu seperti sedang merendahkannya, mungkin karena penampilan Kanaya saat ini yang bisa dibilang tidak glamour seperti beberapa pengunjung yang masuk kesini. Who is she? Is she your girlfriend?

Jerhan tiba-tiba memajukan langkahnya sekitar 2 langkah. Lalu, ia mendekatkan mulutnya ke telinga kiri sang pria tersebut, dan mulai berbisik,

“Bientôt.” jawab Jerhan, lalu menjauhkan badanny dari lelaki tersebut. Lelaki itu memasang ekspresi muka yang menandakan kalau dia tertarik dengan jawaban Jerhan barusan. Lalu, ia kembali menatap Kanaya yang sedang menatapnya dengan cengiran kikuknya. Sorot mata lelaki itu yang meremehkan Kanaya kini berubah menjadi sorot mata lembut, bak seorang teman yang menatap teman baiknya. Soon.

“Puis-je être honnête avec vous? Ton visage est très, très très beau. Mais, malheureusement, votre sens de la mode est très, très mauvais.” ucap lelaki tersebut, “Alors, aujourd'hui, je vais te transformer en princesse du jour au lendemain. Es-tu prêt?” Can i be honest with you? Your face is very, very very beautiful. But, unfortunately your fashion sense is very, very bad. So today I will turn you into a princess overnight. Are you ready?

Kanaya sebenarnya ingin menjawab, tapi tidak ada satu pun kalimat yang diucapkan oleh laki-laki itu yang Kanaya pahami. Lalu, dia melirik Jerhan. Sementara Jerhan hanya menahan tawanya, lalu dia sedikit merundukkan wajahnya sedikit dan mendekatkannya kepada Kanaya. Jerhan bilang,

“Jawab aja je ne suis pas prêt.”

“Itu artinya apa?” Kanaya bertanya dengan nada berbisik.

“Artinya im ready.”

“Bener ya? Awas kalau kamu bohong, aku gak mau jadi pacar pura-pura kamu.”

“Beneran astaga. Gak percayaan amat sih sama gue. Coba aja bilang sendiri.”

Kanaya mendelikkan matanya kepada Jerhan. Lalu, Kanaya memasang ekspresi mukanya yang elegan, dan juga berdehem. Lalu dia dengan penuh rasa percaya diri menjawab,

“Je ne suis pas prêt.”

“You're not ready? Oh, honey, it's just a dress pick anyway, nothing more to do here. Don't worry.”

Kayana mengerutkan dahinya bingung,

“No… but i said im ready, im not saying im not ready.”

*“You clearly said, je ne suis pas prêt, thats mean, you're not ready.”* lelaki tersebut mengoreksi kesalahan Kayana.

Kayana menoleh ke arah Jerhan, yang kini juga sedang menoleh ke arahnya sambil memasang senyuman manis. Sementara, Kanaya, terlihat seperti sudah siap untuk mencabik-cabik wajah tampan Jerhan,

“KAMUUUU.” Kanaya terpaksa menahan rasa kesalnya, karena dia tidak mau masuk headline news Perancis, dikarenakan dia memukuli wajah seorang laki-laki menyebalkan bernama Jerhan karena sudah membodohinya.

“Udah sana fitting dulu, kalau mau ngamuk nanti aja di apartement perjalanan kita masih panjang nih.” titah Jerhan tanpa merasa berdosa.

Kanaya sudah lelah, ia sudah tidak memilik tenaga untuk melawan Jerhan. Maka dari itu, dengan amat sangat terpaksa, Kanaya mengikuti lelaki paruh baya tersebut untuk memilih dress, sementara Jerhan, sembari menunggu, dia juga sembari membeli kemeja modern semi non-formal untuk dia pakai di acara birthday party Alice malam ini.


Belum sampai disitu, Kanaya dibawa oleh Jerhan ke sebuah salon yang selalu didatangi oleh artis artis dunia terkenal.

Di salon itu, Jerhan meminta kepada dua stylish untuk merubah penampilan Kanaya menjadi layak untuk dibawa ke pesta. Ya, sebenarnya, tanpa di dandanpun Kanaya sudah sangat layak untuk dibawa ke pesta, karena wajahnya yang memang sudah terlihat cantik tersebut.

Kanaya duduk di kursi salon dengan wajah yang masam. Dua pegawai salon sedang mengotak-atik rambutnya, menariknya ke sisi kanan dan kiri, belum lagi panas dari hair dryer membuat kepalanya pusing dan matanya terasa perih. Disaat-saat seperti itu, Jerhan malah berdiri dari duduknya, menghampiri Kanaya dan berpamitan dengan wanita tersebut,

“Gue pamit bentar ya, mau nyari sesuatu dulu, nanti gue balik lagi.”

Jerhan berujar seperti itu dengan sangat santai. Tidak melihatkah dia bagaimana tersiksanya Kanaya saat ini, karena rambutnya yang ditarik sana-sini dan juga sensasi panas yang disebabkan oleh hair dryer?

“Kamu gila ya? Kamu ninggalin aku disaat aku dikayak giniin. Gak mau!”

Jerhan mendecak sebal, “emang udah bener gak usah izin dari awal.” gumam Jerhan yang masih dapat di dengan oleh Kanaya.

“APA KAMU BILANG!?”

Jerhan tidak memperdulikan pertanyaan sewot Kanaya barusan. Ia melirik dua stylish wanita yang agak sedikit genit dengan Jerhan tersebut,

“Rendez-la belle, d'accord?” ucap Jerhan kepada kedua stylish tersebut sambil menunjukkan senyuman manisnya. Make her beautiful, okay?

Kanaya tidak mengerti apa yang Jerhan ucapkan, dia hanya mengerti respon dari dua stylish ini yang menyebutkan kata “oui” yang mana artinya ialah, iya, sebagai jawaban dari pernyataan Jerhan barusan..

Tanpa kembali berpamitan, Jerhan langsung pergi keluar, entah perginya kemana gadis itu. Sementara Kanaya di dalam, pupil matanya melebar, tidak menyangka kalau Jerhan akan pergi meninggalkannya bersama dua orang stylish kasar ini. Dia berteriak memanggili nama Jerhan, namun sepertinya lelaki itu tidak perduli dengan teriakan Kanaya yang memanggil namanya dari dalam sana. Buktinya, lelaki itu terus melanjutkan jalannya,

“Cowok annoying!” rutuk Kanaya, sambil dia menatap ke kaca dengan wajah merah padamnya yang menandakan bahwa dia kesal setengah mati kepada laki-laki sialan itu.

Kanaya mencoba untuk menstabilkan nafasnya. Emosi kepada Jerhan cukup membuat nafasnya menjadi tidak beraturan,

“Es-tu la petite amie de jerhan?” tanya si salah satu stylish yang rambutnya panjang namun disisi kirinya dibuat menjadi botak. Are you Jerhan's girlfriend?

Kanaya memasang wajah memelasnya. Dia sama sekali tidak mengerti apa yang diucapkan oleh wanita tersebut,

“English please? I can't speak French.” pinta Kanaya sambil menatap wanita tersebut dari kaca rias besar di hadapannya.

“Elle est venu à Paris, mais elle n'a pas étudié le Français. Quelle chienne.” katanya, yang direspon oleh tawa kecil stylish temannya yang memiliki kulit hitam dan rambut gimbal yang cantik disampingnya. She came to Paris, but she didn't study French. What a bitch.

Kanaya semakin bingung dibuatnya,

“Sorry…… what?”

“Nothing, she said, that you're the most beautiful tourist who came to Paris.” jawab wanita berkulit hitam itu, yang membuat wajah Kanaya menjadi berseri-seri.

“Really?” tanya Kanaya tidak percaya.

Kedua stylish tersebut sama-sama menganggukkan kepalanya sambil menahan tawa mereka. Kanaya melihat itu mendadak langsung berubah menjadi perempuan terbahagia di dunia, karena sudah mendapatkan compliment dari seseorang yang tidak dikenalnya itu. Senyum tidak berhenti terukir di wajah cantiknya, seolah ia lupa bahwa beberapa menit yang lalu, dia sedang dibuat kesal oleh Jerhan yang pergi meninggalkannya begitu saja.

Kanaya benar-benar polos. Dia tidak tahu kalau hal yang dianggapnya sebagai sebuah pujian, ternyata merupakan bentuk hinaan. Mungkin kalau Kanaya tahu, dua stylish itu sudah habis Kanaya cabik-cabik.


Perawatan hari ini benar-benar membutuhkan waktu hampir 4 jam setengah. Jerhan sempat berpikir, kalau setidaknya mereka memiliki waktu untuk pergi jalan-jalan mengelilingi kota Paris terlebih dahulu, tapi nyatanya, acara di mulai setengah jam lagi, tapi Kanaya pun masih berada di ruang ganti untuk mengganti bajunya. Sedang, Jerhan sudah duduk di sofa besar yang menghadap langsung ke ruang ganti, jantungnya berdegup kencang menunggu Kanaya yang mungkin sebentar lagi akan keluar dari bilik tersebut.

Terakhir kali Jerhan merasakan hal seperti ini ialah, ketika dia menunggu pengumuman penerimaan mahasiswa baru di kampusnya yang sekarang ini. Tapi, ini rasanya jauh lebih dari itu. Rasanya Jerhan bisa gila, dia ingin berdiri dari sani dan pergi lalu masuk ke ruangan ganti untuk melihat secantik dan sesempurna apa Kanaya malam ini.

Dan, sepertinya, waktu pun sudah dimulai.

Gorden yang menutupi kamar ganti itu perlahan-lahan terbuka. Jerhan sudah bisa melihat kaki jenjang yang dihiasi oleh heels cantik keluar dari sana. Laki-laki itu kemudian menelan ludahnya kasar, tat kala ia melihat Kanaya yang keluar dari tempat tersebut, dengan dress indah yang menutupi tubuhnya, riasan muka sederhana yang membuat wajahnya tetap terlihat cantik, juga tatanan rambut yang pas dengan make up serta dressnya malam ini.

Kanaya mempersembahkan senyuman termanisnya, ketika dia sudah keluar dari dalam sana, dan berdiri di hadapan Jerhan. Melihat senyuman itu, Jerhan benar-benar dibuat membatu, tidak ada yang bisa dia lakukan. Kecantikan Kanaya malam ini bak medusa yang dapat membuat seseorang tidak berkutik alias berubah menjadi batu setiap kali melihatnya,

“Udah puas?” senyuman ramah itu dalam sekejap berubah menjadi ekspresi muka datar, juga nada suaranua yang begitu penuh dengan emosi.

Jerhan bersyukur. Setidaknya, dia masih mempunyai insting untuk tetap sadar dan tidak melakukan sesuatu yang gila yang mungkin dapat membuat Kanaya ilfeel kepada Jerhan,

“Ya udah kalah gitu, kita pergi sekarang.” ajak pria itu, sambil bangkit dari duduknya.

Kanaya memperhatikan Jerhan dengan seksama, “telinga kamu kok merah banget?” tanya Kanaya bingung.

Jerhan langsung kikuk,

“Oh enggak kok, ini kalau dingin emang gua suka merah telinganya. Biasa udah ada darah bule dalam diri jadi sorry aja nih.”

Kanaya mendecak, lalu ia berjalan meninggalkan Jerhan terlebih dahulu dari tempat itu. Sementara Jerhan masih berdiri ditempat, lelaki itu mengembuskan nafasnya dengan sekuat tenaga, lalu juga kemudian ikut pergi keluar menyusul Kanaya yang sudah setengah jalan.

Semoga, malam ini, semuanya berjalan dengan lancar.