She's Gone


Abimanyu's POV

Good morning, handsome.

Gue baru bangun, dan langsung kaget begitu ngeliat perempuan lain yang nyambut dan ngucapin selamat pagi ke gue. Dia adala Callista, salah satu partner one night stand gue dari jaman gue masih maba dulu. Dia cantik, baik, tapi dia gak sesempurna Kaynara.

Ah, bicara soal Kaynara, gue merasa bersalah karena lagi dan lagi gue ngelakuin kesalahan yang sama. Gue berharap gak ada seseorang yang ngasih tau perihal ini ke dia, gue gak mau kalau Kaynara harus kecewa lagi karena gue,

“Mau sarapan dulu? Gue udah buatin sarapan spesial buat lo.” Callista menawari gue sarapan dengan begitu ramah, juga nada suara yang dibuat sesensual mungkin. Jujur, gue mual dengernya.

Gue menggelengkan kepala sebagai jawaban atas tawaran Callista.

Gue langsung beringsut turun dari atas ranjang Callista. Dan memungut kemeja yang sempat terlepas, karena sesi make out gue semalem sama Callista, lalu memakainya. Gue gak bisa lama-lama disini, gue harus pulang, dan tempat pertama yang akan gue tuju adalah apartemen Kaynara,

“Tapi lo gak bisa keluar dengan perut kosong gitu aja, apalagi lo masih hangover.” Callista masih memaksa. Gak. Gue gak mau, waktu gue sama dia cuma tadi malam aja, dan setelah ini gue gak ada waktu untuk meladeni dia.

Sorry, gue gak bisa, gue mau breakfast sama cewek gue aja.”

Ya, Callista memang sudah tau kalau gue punya pacar, kayaknya semua partner one night stand gue tau kalau gue punya pacar. Mereka enggak mempermasalahkan hal itu, ada sih beberapa yang mempermasalahkan, tapi yang begitu udah gue buang jauh-jauh. Mereka mengharapkan gue bisa ngasih perasaan lebih ke mereka, meanwhile, cinta gue aja udah mentok untuk Kaynara. Gak mau gue kasih ke orang lain lagi.

Callista mengangguk paham. Yang gue seneng selama gue berpartner sama dia itu adalah, dia gak pernah ngurusin soal Kaynara, dan dia juga selalu menghargai gue sebagai laki-laki yang udah punya pacar, jadi sesi make out kami pun gak pernah sampai penetrasi, cuman foreplay. Itu udah masuk ke dalam perjanjian kita,

“Ok, have fun with your girlfriend.” ucap Callista dengan senyuman ramahnya.

Gue menganggukan kepala gue dan membalas senyuman ramah Callista dengan senyuman tipis. Tidak ada sama sekali kecurigaan dari gue ketika mendengar ucapan Callista barusan. Karena ya gua merasa gak ada yang aneh aja dari ucapan dia.

Dengan kepala yang masih pening, gue memutuskan untuk pergi dari apartemen Callista, dan menuju apartemen Kaynara menggunakan mobil gue. Gue tahu sih kayaknya Kaynara udah pergi ke kampus, tapi biasanya di hari ini, Kaynara selalu datang terlambat ke kampus, karena kebetulan dosennya yang jarang masuk untuk mengajar.

Butuh waktu sekitar 13 (tiga belas) menit untuk sampai ke apartemen Kaynara. Gue langsung bergegas turun dari dalam mobil, setelah mobil gue terparkir dengan rapih di basement apartemen Kaynara. Lalu berjalan menuju lobby, masuk ke dalam lift bersama beberapa para penghuni apartemen lain. Dan sampailah gue di lantai 7 (tujuh) dimana unit apartemen Kaynara berada.

Gue mencoba untuk menekan bell apartemen Kaynara, namun udah lebih dari tujuh kali gue tekan, gak ada jawaban sama sekali. Gue juga mencoba untuk menghubungi Kaynara, entah itu lewat chat, atau lewat telfon, gak ada balasan dan jawaban juga. Perasaan gue bener-bener enggak enak. Gue panik, berbagai macam skenario buruk bermunculan di otak gue.

Gak, gak mungkin Kaynara pergi tanpa jejak ninggalin gitu aja. Gak mungkin sama sekali.

Tangan gue langsung berkeringat, jantung gue berdegup dengan begitu cepat, perut gue kerasa sakit. Gue panik, gelisah, bingung, campur aduk menjadi satu. Sialan! Dimana, Kaynara sekarang? Gue pun mencoba untuk nelfon Grace sahabatnya, nihil, gak ada sama sekali jawaban dari sebrang sana.

Gue memutuskan untuk kembali turun ke bawah menggunakan lift. Dan, sesampainya di lobby, gue berlari kecil menghampiri resepsionis untuk bertanya, siapa tahu, gue mendapatkan titik terang tentang keberadaan Kaynara,

“Mba, maaf saya mau nanya.” gue berucap dengan nafas yang sedikit ngos-ngosan.

“Iya boleh, ada yang bisa kami bantu.” mba-mba resepsionis itu bertanya dengan begitu ramah dan lembut.

“Residen atas nama Kaynara Flora Arabelle kira-kira udah keluar apa belum ya?” gue bertanya sembari harap-harap cemas, semoga gue mendapatkan jawaban seperti apa yang gue inginkan.

“Oh iya, Mba Kaynara sudah pergi dari sejak tadi pagi mas. Tapi dia gak ngasih tau kami mau pergi kemana.” jawab mba resepsionis tersebut.

Okay! I got it! Dia pasti pergi ke kampus, gak mungkin kan dia pergi ke tempat lain?

“Ya udah nakasih ya, mba.”

“Iya sama sama, mas.”

Gue langsung berlari secepat mungkin menuju basement untuk masuk ke dalam mobil, dan menggerakan mobil gue menuju kampus. Walaupun jaraknya cukup jauh, demi Kaynara, gue bakalan tempuh. Terkesan cheesy memang, tapi, kalau Kaynara meminta gue untuk menjemputnya di Antartika pun hal itu akan gue lakukan.

Tiga puluh menit dalam perjalanan, akhirnya gue tiba di gedung Fakultas Hukum kampus gue. Gue keluar dari dalam mobil, setelah mobil itu gue parkir di cafe yang letaknya bersebrangan dengan gedung Fakultas Hukum. Gue berjalan dengan berlarian menyusuri koridor gedung FH untuk bisa sampai ke kelas Kaynara.

Gue berharap kalau Kaynara masih ada di dalam kelasnya. Namun ternyata hasilnya nihil, begitu gue sampai, kelas Kaynara sudah kosong melompong. Tidak ada siapapun di dalam sana, gue semakin panik. Gue beneran takut Kaynara pergi ninggalin gue entah kenapa. Dia sama sekali gak ngasih gue pesan, atau izin.

Tiba-tiba dari arah belakang gue ada seorang office boy yang berucap permisi. Gue langsung berbalik, dan langsung bertanya kepada office boy tersebut,

“Mas, mas tahu gak ya kelas ini udah selesai dari kapan?” gue bertanya.

“Oh kelasnya Pak Rimba sudah selesai dari satu jam yang lalu. Dikarenakan Pak Rimbanya gak bisa ngajar, jadi baru beberapa menit mereka datang, sudah diperbolehkan pulang.” jawabnya, demi Tuhan gue langsung lemes.

“Mas kenal mahasiswi yang namanya Kaynara gak?”

“Oh yang suka sama Neng Grace ya? Kenal saya, tadi pagi ada kok dia masuk kelas, tapi tadi waktu papasan sama saya, mukanya murung gitu mas, terus juga dia sesenggukan kayak habis nangis.”

Sial! Pasti ada seseorang yang ngasih tau apa aja yang gua lakuin kemarin di birthday partynya Callista. Argh! Brengsek, brengsek, brengsek! Lo nyakitin dia lagi, Abimanyu, lo nyakitin dia lagi!,

“Mas tau gak kira-kira Kaynara sama Grace pergi kemana setelah selesai kelas?”

“Duh, saya gak tau ya mas, saya cuman office boy disini, gak merhatiin semua mahasiswa dan mahasiswi mas.”

“Ya udah, makasih mas.”

“Iya sama-sama.”

Kay, kamu dimana? Aku minta maaf, Kay. Aku beneran minta maaf. Tolong jangan tinggalin aku, Kaynara.