We're Already Connected
Setelah bertanya kepada sang mama dan mendapatkan pencerahan, Ethan langsung bergegas pergi menuju mini market yang tidak terlalu jauh dari kost-annya, dan anak bayi yang belum Ethan beri nama itu, Ethan titipkan kepada tetangganya yang kebetulan perempuan.
Sesampainya di mini market, Ethan buru-buru pergi ke lorong dimana susu formula khusus bayi di jual. Disana, ada begitu banyak pilihan, tapi Ethan memilih susu formula untuk anak bayi yang berumur 0-6 bulan. Dia ambil 1 kaleng susu tersebut, membayarnya di kasir dan setelah itu dia buru-buru pergi dari mini market dan kembali ke kost-annya.
Ethan benar-benar berlari dengan kecepatan turbo dari mini market sampai ke kost-annya. Dengan nafas yang tidak beraturan, Ethan membuka gerbang kostnya, dan buru-buru masuk menuju kamar kostannya. Sesampainya di kamar kost ternyata anak bayi itu tmasih menangis, meskipun sudah digendong oleh teman satu kostan Ethan,
“Eh makasih banget ya lo udah mau nungguin dia.” kata Ethan dengan nafas yang ngos-ngosan.
“Dia? Lo gak kasih anak lo nama?” tanya perempuan ini.
“Dia bukan anak gue. Ada orang gila yang buang anak ini, terus di suratnya ditulis seolah-olah gue bapak kandungnya.” sewot Ethan, “dan ya, anak ini emang belum gue kasih nama, gue boro-boro mikirin nama, gue masih mikirin gimana caranya gue bisa ngurus ini anak.”
Perempuan itu hanya mengangguk-anggukan kepalanya sambil mulutnya membentuk huruf O,
“Ya udah kalau gitu gue cabut ke kamar gue dulu ya. Lu bikinin susu biar anak ini diem.”
“Iya ini gue mau bikinin susu.”
Dan, perempuan itu pun pergi keluar dari kamar kost Ethan. Tersisa Ethan dan anak bayi disini.
Karena masih amatir, Ethan memutuskan untuk melihat video cara membuat susu formula untuk bayi, dia takut kalau salah takaran susu atau bagaimana akan membuat si bayi ini sakit dan Ethan akan semakin repot dibuatnya.
Ethan benar-benar fokus menonton video sambil tangannya bekerja untuk membuat susu. Sampai akhirnya, susu pun berhasil di buat. Ethan buru-buru menggendong anak bayi yang tangisnya tak kunjung mereda itu, sambil memberikan dot yang berisi susu ke dalam mulut bayi itu.
Dan, benar saja, suara tangisnya langsung mereda. Ethan bernafas lega sekarang.
Sambil menggendong dan “menyusui” anak bayi ini. Ethan tiba-tiba kepikiran atas ucapan teman satu kostnya itu. Bayi ini belum sama sekali memiliki nama—atau mungkin sudah diberi nama oleh orang tua aslinya, tapi Ethan tidak tahu namanya siapa. Jadi, mungkin, apa salahnya kalau Ethan memberikan nama kepada anak ini?
“Kalau pun lo bukan anak gue, dan gue gak tau nyokap bokap lo siapa, tapi gue bakal ngasih lo nama yang sebagus mungkin.” ucap Ethan sambil melihat bayi kecil di gendongannya yang masih setia menyusu dengan matanya yang perlahan-lahan menutup karena mengantuk.
Awal-awal, Ethan mungkin terlihat tidak bisa menerima anak bayi nan menggemaskan ini. Tapi, sekarang, Ethan mulai bisa menerima kehadiran anak bayi ini. Dan, percaya atau tidak, Ethan langsung merasa kalau dirinya benar-benar terkoneksi dengan anak bayi ini. Ethan menyayanginya, seperti seorang kakak yang menyayangi adiknya.
Entah Ethan harus berterima kasih atau bagaimana kepada orang tua yang sudah membuang bayi kecil tidak berdosa ini. Tapi yang pasti, Ethan merasa senang dengan adanya anak bayi ini.