We're Late
Emily datang ke rumah Ethan dengan langkah yang terbirit-birit. Ethan yang melihat pemandangan tersebut langsung menyambut kedatangan Emily, dan mempersilahkan gadis itu untuk duduk terlebih dahulu di sofa.
Melihat bagaimana nafas Emily yang tidak beraturan, membuat Ethan terlihat seperti tidak perduli dengan waktu yang sudah menunjukkan pukul 6.29, yang mana satu menit lagi kelasnya akan di mulai, tetapi dia masih berada di rumah,
“Ethan, im so sorry, im late. My father interrogated me before i left here. I am really, really sorry.” ucap Emily menyesal, “my dad was right. I am not responsible for anything. Its my first day of work, but im already late.”
Ethan merasa tidak enak melihat Emily yang terlihat begitu menyesal. Lelaki itu berjongkok di hadapan Emily, membuat Emily kebingungan dan degup jantungnya berdegup sangat kencang 2000 kali lipat lebih kencang dari sejak dirinya sampai ke rumah ini,
“Gak apa-apa kok, gak masalah. Lo emang telat gue akuin, but that's okay, you're just not used to all this. I understand.”
Emily tersenyum senang. Dia beruntung karena memiliki bos yang baik seperti Ethan. Lelaki itu benar-benar tidak membebankan Emily sama sekali,
“You're such a good boss.” lirih Emily sambil tersenyum haru, dibalas oleh senyuman manis Ethan.
“Oh by the way, i just want to remind you, that your first day of work was yesterday, and today is your second day of work.” kata Ethan mengingatkan.
“Oh? Yang kemarin di itung?” tanya Emily dengan polosnya.
Ethan tertawa, “of course, udah gila kali gue enggak ngitung hari kemarin.” ujar Ethan.
Emily hanya mengangguk paham.
Lalu matanya menangkap jam dinding yang ditaruh diatas pintu masuk sudah menunjukkan waktu hampir jam 7. Pupil mata Emily membesar sangking kaget dan paniknya dia,
“Ethan, you're late! Ini udah hampir jam tujuh.” Emily berseru panik.
“HAH!?”
Ethan langsung bangkit dari jongkoknya, dia melihat jam di tangannya, dan benar saja waktu sudah menunjukkan pukul 6.58. Habislah Ethan sekarang. Sebenarnya kalau mau, Ethan bisa aja membolos, namun, dia sudah sering membolos di mata kuliah ini, jadi dengan sangat amat terpaksa, dia tetap pergi meskipun pada akhirnya dia hanya akan mendapat makian dari dosen pengampu di mata kuliah ini,
“Emily, gue pergi dulu ya! Hati-hati di rumah sama Kaisar!” pamit Ethan buru-buru.
“Iya Ethan, hati-hati, jangan ngebut!”
Sepertinya Ethan tidak mendengarkan apa kata Emily, karena gadis itu dapat mendengar suara kencang dari motor Ethan yang melenggang, membelah jalanan kota Bandung untuk sampai di kampusnya.
“Semoga Ethan selamat sampai tujuan.” doa Emily.
Tiba-tiba gadis itu mendengar suara jeritan tangis yang berasal dari kamar Ethan. Buru-buru Emily menghampiri kamar tersebut, dan langsung membawa Kaisar ke dalam gendongannya.
Menenangkan anak itu agar berhenti menangis.