Who is She?


Pada dasarnya, Jefri bukanlah tipe manusia yang senang akan keramaian. Dia terbiasa hidup dengan ketenangan tanpa adanya lautan manusia di dekatnya.

Tapi malam ini, Jefri terpaksa ikut ke club baru milik teman baik karyawan kantornya, Matthew. Awalnya, Jefri jelas menolak, kalau kata Johnny, Jefri menolak karena lelaki itu takut kalau dirinya akan miskin secara tiba-tiba, karena terlalu banyak memesan jenis alkohol, atau karena menyewa jasa prostitusi untuk memuaskan nafsunya.

Padahal, bukan itu alasan Jefri menolak. Jefri menolaknya karena (kembali ke alasan pertama) dia bukanlah tipe manusia yang suka berada di tengah-tengah keramaian. Kalau pun dia mau bersenang-senang sambil meminum alkoholnya, Jefri bisa melakukan itu sendiri di rumahnya. Dia memiliki mini club di rumahnya sendiri.

Namun, untuk kali ini, Jefri mencoba untuk menantang dirinya keluar dari zona nyaman, dengan mencoba bergabung bersama banyaknya jenis macam manusia. Rasanya tidak begitu buruk, dan ini juga lumayan menghilangkan stress yang sudah Jefri rasakan selama kurang lebih satu minggu ini.

Suara musik DJ yang begitu keras, tidak terlalu mengganggu Jefri malam ini. Ia, tetap setia duduk di kursi barnya bersama gelas sloki, dan sebotol wiskey. Kenapa Matthew dan Johnny? Matthew sedang turun ke lantai dansa, dan Johnny, dia sedang melakukan penetrasi dengan seorang perempuan random di ujung sana.

Melihat hal tersebut, Jefri hanya mampu tergeleng-geleng, seraya tangan kekarnya menuangkan wiskey ke dalam gelas slokinya lalu meminumnya dengan sekali teguk. Entah sudah keberapa gelas sloki yang ia teguk, rasa pusing belum terlalu menguasai dirinya, lelaki itu masih bisa sadar seperti saat pertama ia masuk ke dalam club. Hal itu sebenarnya dapat dimengerti dan dimaklumi, karena Jefri mewarisi sifat kakek buyutnya, yaitu memiliki toleransi terhadap alkohol yang sangat tinggi, hal itu menyebabkan Jefri menjadi seseorang yang tidak mudah mabuk, dan mungkin membutuhkan 2 atau 3 botol wiskey untuk membuat lelaki itu wasted.

Duduk di meja bar sendirian, membuat Jefri merasa bosan, maka dari itu ia mengedarkan pandangannya, memperhatikan setiap sudut dari club malam ini yang minim pencahayaan, membuat apapun yang dilihat oleh setiap orang yang berkunjung kesini terasa samar-samar.

Namun, hal itu tidak berlaku bagi Jefri. Meskipun pencahayaan yang minim. Mata dalam milik Jefri dapat menangkap seorang gadis cantik yang tengah duduk sembari memainkan ponselnya di arah jarum jam 12. Meskipun dilihat dari jarak yang lumayan jauh, Jefri bisa merasakan aura kecantikan yang terpancar dari wajah gadis itu.

Dan hal tersebut, sukses membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama dengan gadis yang bahkan tidak dia ketahui namanya itu. Sebut saja Jefri gila, tapi memang itu yang ia rasakan sekarang. Jefri tidak pernah merasakan hal seperti ini dengan seorang perempuan sebelumnya. Dia selalu bersikap sinis kepada perempuan, mau itu perempuan yang cantik atau yang biasa saja. Tapi gadis ini, dia spesial, dia berhasil mencairkan hati beku seorang Jefri.

Pandangan mereka pun seketika bertemu. Jefri tergemap di buatnya, namun hal itu hanya terjadi sesaat, setelahnya Jefri biasa saja, dia bahkan masih aktif memandangi perempuan itu. Padahal, jelas-jelas perempuan itu sudah menampakan ekspresi risihnya dari jauh.

Lalu detik berikutnya, mata Jefri menangkap pemandangan yang membuatnya tertegun. Ia melihat seorang perempuan yang datang bersama seorang pria bertubuh tinggi, dan mendatangi meja bar yang diduduki oleh gadis yang sudah mencuri perhatiannya itu.

Sebagai seorang lulusan terbaik di Universitas Padjadjaran, jelas, ingatan Jefri sangatlah baik, dan dengan itu Jefri bisa mengenali orang-orang yang pernah berada di masa lalunya, entah itu yang sering bertemu atau yang sudah tidak pernah bertemu. Sepertin contohnya, sekarang, Jefri merasa sangat mengenali perempuan yang tengah menyeret si pencuri hati Jefri untuk keluar dari tempat ini,

“Mba Dira kan itu?” Jefri bermonolog dengan dirinya sendiri, suatu hal yang sering ia lakukan satu minggu ini, “cewek itu siapa? Apa adiknya? Tanyain aja deh, sekalian modus kenalan.”

Baru saja Jefri hendak melaksanakan niatnya. Akan tetapi, tepukan kencang di punggungnya, membuat lelaki itu duduk kembali di tempatnya. Ia berbalik ke belakang untuk mengetahui siapa orang gila yang dengan berani menepuk pundaknya begitu keras seperti barusan.

Dan ternyata, orang itu adalah Johnny yang sudah datang dengan keadaan cukup lumayan berantakan, terutama di bagian rambut dan celana. Jefri menatap Johnny dari atas sama bawah dengan tatapan memengkalkan. Johnny kemudian mendudukkan dirinya di kursi bar disamping Jefri tanpa izin kepada Jefri sama sekali,

“Matthew kemana?” tanya Johnny sambil melihat ke sekeliling mencari Matthew.

“He's on the dance floor.” jawab Jefri, sembari tidak fokus, karena matanya yang sedari tadi mencoba untuk mencuri-curi pandangan ke meja dimana pencuri hatinya itu duduki.

“Damn it!” umpat Jefri yang langsung membuat Johnny heran.

“Kenapa lu?” Johnny bertanya, seraya mengambil botol whiskey milik Jefri, dan meminumnya melalui botol sebanyak 5 teguk.

“Gue tadi ketemu cewe cantik over there.” jawab Jefri sambil menunjuk menggunakan wajahnya ke arah jam 12.

Johnny mengikuti arah petunjuk Jefri,

“No one there.”

“Tadi.” jawab Jefri agak sedikit menekan intonasi suaranya, “sebelum lo dateng ke sini dengan nepuk bahu gue keras.” keluh Jefri.

Tidak ada rasa bersalah yang terpatri di wajah Johnny, lelaki itu hanya menganggukan kepalanya serrta kembali meminum sebotol vodka milik Jefri.