You're Prettier When You're Naked
“Good morning.”
Raina agaknya sedikit terkejut ketika Rangga masuk ke dalam kamar, sambil membawa nampan yang diatasnya berisikan satu piring english breakfast dengan orange juice sebagai minumannya.
Pria tampan yang memakai pakaian santainya itu, berjalan ke arah Raina yang masih duduk di ranjang, dengan tubuh telanjangnya yang ditutupi selimut tebal. Rangga mendudukkan pantatnya di pinggiran ranjang,
“I made you breakfast.”
Bibir pucat Raina tersenyum begitu lebar. Ia menatap piring berisi makanan itu dengan tatapan lapar, lalu secepat kilat dia menatap Rangga. Senyumannya semakin mengembang tat kala ia menatap Rangga,
“Thank you. You're so kind.”
Rangga tertawa pelan, Raina juga ikut tertawa mendengar tawa pelan milik Rangga yang terdengar begitu merdu di telinga Raina,
“Sorry if the food is not good, I'm not good at cooking.” ucap Rangga merendah.
“Kamu tuh merendah untuk meroket banget ya? Ini jelas-jelas makanannya keliatan enak loh looknya, gila aja masa gak enak.” lontar Raina.
Rangga hanya diam, namun wajahnya tidak bisa berbohong kalau dia begitu senang ketika mendengar pujian dari Raina tentang masakannya. Dan, for your information, Raina adalah perempuan kedua yang ia buatkan sarapan, setelah ibunya,
“Aku coba ya.” izin Raina, Rangga mengangguk memberi izin untuk Raina menyantap sarapannya.
Lalu, Raina pun mulai menyantap sarapan tersebut. Rangga fokus menyaksikan ekspresi muka Raina. Ekspresi gadis itu menunjukkan sebuah kenikmatan yang tiada tara dari makanan yang kini sedang ia kunyah di dalam mulutnya. Rangga bersyukur dalam hatinya,
“Demi Tuhan ini enak banget, kamu jago banget sumpah!” puji Raina.
“Makasih.” jawab Rangga salah tingkah, “saya bisa terus masakin kamu kalau kamu mau.”
Raina tertawa sambil menutup mulutnya, mengantisipasi agar makanan yang ada di dalam mulutnya tidak jatuh ke kasur begitu saja. Setelah ia menelan makanannya, barulah Raina berbicara,
“Ya gak boleh gitu lah, jabatan kamu di kantor tuh CEO loh, kalau kamu masakin aku terus nanti jatuhnya jadi chef dong?”
“Saya jadi eksekutif chef buat kamu. Saya cuman masak buat kamu doang.”
“Mmmm gitu ya?” Rangga mengangguk, “aku harus bayar berapa kira-kira biar kamu mau jadi chef pribadi aku?”
“Gak usah dibayar pake uang.” jawab Rangga.
“Then? Pake apa dong bayarnya?”
“Cukup pake nomor telfon kamu aja.”
Raina tertawa terbahak-bahak, Rangga juga menjadi ikut tertawa,
“Ih sumpah, kamu beneran kayak ayah aku banget tau gak sih gombalnya? Ayahku dulu gombalin ibuku juga gini, dia minta nomor telfon rumah ibu aku.” ucap Raina di sela-sela tawanya.
Rangga memperlihatkan deretan gigi putih nan rapihnya,
“Jadi boleh gak nih? Saya minta nomor telfon kamu, kayak ayah kamu minta nelfon ibu kamu?”
Seketika ide jahil muncul di otak Raina,
“Mmmmm, boleh enggak ya?” Raina pura-pura menimang-nimang untuk memberikan nomor telfonnya kepada Rangga.
Memang pada dasarnya Rangga itu sedikit agak kaku. Dia jadi menganggap kalau Raina benar-benar sedang mempertimbangkan untuk memberikan nomor ponselnya kepadanya. Padahal, Raina hanya bercanda,
“Kalau aku gak mau ngasih, kamu mau ngapain?”
“Mau maksa kamu sampai mau ngasih nomor telfon kamu ke saya.”
“Tapi aku gak suka dipaksa anaknya. Gimana dong?”
“Raina, come on.” jengah Rangga.
Raina hanya tertawa. Lalu, dia mengambil ponselnya di nakas, dan menyuruh Rangga untuk menekan nomor telfonnya di ponsel pintar Raina. Dan, setelah itu, Raina menelfon nomor tersebut, setelah handphone Rangga berbunyi, belum ada semenit, Raina langsung memutuskan sambungan telfon tersebut.
Wajah Rangga terlihat begitu berseri-seri. Raina yang melihat itu hanya mampu terdiam sambil tersenyum gemas. Demi Tuhan, benar-benar menggemaskan.
Lalu, sesi makan pagi pun kembali dilanjutnya, dengan obrolan-obrolan tidak penting diantara Rangga dan Raina, selain itu juga candaan-candaan yang menjurus ke hal-hal yang berbau nsfw. Pokoknya, pagi ini, mereka habiskan dengan saling mengobrol, bertukar pikiran, atau pun bercanda-bercanda kecil.
Sampai akhirnya, ketika jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Raina mendapatkan telfon dari teman divisinya di kantor, yang mana teman tersebut meminta Raina untuk datang ke kantor, karena ada beberapa dokumen yang harus di benarkan.
Rangga, sebagai seorang laki-laki pun langsung sigap menawarkan jasa antar kepada Raina,
“Saya anterin kamu ke kantor ya?”
Raina terlihat tidak enak, “eh emang gak apa-apa ya? Aku takut ngerepotin kamu soalnya.”
Rangga tersenyum,
“Saya justru senang direpotin sama kamu. Mau ya saya antar?”
Sekarang, giliran Raina yang tersenyum.
Gadis itu lalu menganggukan kepalanya. Menerima tawaran Rangga,
“Oh iya, ini kita mau langsung ke kantor kamu apa ke mana dulu?” tanya Rangga begitu dirinya sudah duduk di kursi kemudi, dan Raina yang sudah duduk di kursi depan samping Rangga.
“Ke apartement dulu aja. Aku belum ganti baju nih, masa ke kantor pake kaos oblong mana besar banget lagi punya kamu.” jawab Raina sambil merajuk menatap Rangga.
Rangga hanya tertawa, sambil tangannya sibuk membelokkan stang mobilnya ke arah kanan, tempat keluar dari basement apartement yang Rangga sewa hanya untuk menghabiskan waktu indahnya bersama Raina,
“Tapi, kamu kelihatan cantik kok pakai baju saya.” puji Rangga.
Raina baru saja mau bilang terima kasih, sebelum selanjutnya Rangga melanjutkan kalimatnya,
“But you're prettier when you're naked.”
DASAR RANGGA GILA!