Tempat pertama yang akan dikunjungi Ethan, Emily, dan Kaisar adalah Trans Studio Mall Bandung.
Yup! Salah satu mall besar di Kota Bandung ini menjadi tujuan utama Ethan dan juga Emily, dikarenakan mereka tidak hanya ingin pergi berjalan-jalan, tetapi mereka juga akan belanja untuk beberapa keperluan Kaisar, seperti membeli baju baru, stroller, tempat tidur bayi, dan juga beberapa mainan yang mungkin bisa Kaisar gunakan ketika dia sudah berumur 1 tahun.
Sesampainya di toko khusus segala macam perlatan bayi, Ethan dan Emily langsung masuk ke dalam dan disambut hangat oleh para pegawai disana.
Lorong pertama yang mereka kunjungi adalah lorong khusus stroller. Emily memandangi stroller itu dengan penuh ketertarikan, namun ada satu stroller yang benar-benar menarik perhatiannya,
“Than, kayaknya buat Kaisar bagusan stroller yang itu ga sih.” ucap Emily sambil menunjuk stroller berwarna mint.
Ethan mengikuti kemana jari Emily menunjuk, “boleh kok.”
Ethan benar-benar tidak mempermasalahkan apapun pilihan Emily, mau itu mahal atau tidak, asalkan Emily yang memilihnya, Ethan pasti akan setuju. Dia tahu, pilihan Emily merupakan pilihan yang terbaik,
“Beneran beli yang itu?” tanya Emily tidak percaya. Bagaimana tidak, Ethan begitu mengucapkan kata iya, bahkan laki-laki itu tidak memiliki pilihan untuk stroller Kaisar.
“Iya beneran.” kata Ethan dengan nada yang lembut namun meyakinkan Emily, kalau dirinya benar-benar setuju dengan apapun yang Emily pilih.
“Lo gak punya pilihan lain gitu untuk strollernya Kaisar?”
“Enggak.” jawab Ethan dengan santainya, “gue percayain semuanya ke elu, karena gue tau lu lebih tau yang terbaik untuk Kaisar.”
Hati Emily terenyuh mendengar penuturan Ethan. Senang rasanya ketika ada seseorang yang tidak meragukan kita,
“Selamat sore, ada yang bisa kami bantu.” ucap seorang pelayan perempuan bernama Sarah yang menghampiri Emily dan Ethan.
“Kita mau stroller itu ya mba yang warna mint.” jawab Ethan sambil menunjuk stroller pilihan Emily untuk Kaisar.
“Oh stroller anex m-typer 3 in 1 ya ayah. Baik, saya siapkan dulu di meja kasir, barangkali ayah sama bundanya mau pergi cari-cari barang dulu yang lain sembari saya siapkan strollernya.”
Ethan tersenyum jahil ketika pelayan tersebut menganggap bahwa dirinya dan Emily adalah pasangan suami istri dengan menyebut keduanya ayah dan bunda.
Sementara Emily sudah salah tingkah akan sebutan itu. Pipinya memanas, dan sudah dipastikan berganti warna menjadi merah layaknya kepiting yang baru keluar dari kuali karena sudah selesai di rebus,
“Terima kasih mba.” ucap Emily,
Dan gadis itu melanjutkan langkahnya bersama dengan Ethan disampingnya, dan Kaisar yang berada di gendongan Ethan.
Kini keduanya berhenti di lorong khusus tempat tidur bayi. Lagi, lagi, Ethan meminta Emily untuk memilih, Emily tidak keberatan sama sekali, jadi ya, dia pun akhirnya memilihkan tempat tidur bayi untuk Kaisar. Tempat tidurnya berbahan dasar kayu dan berwarna putih, ukurannya tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil.
Begitupula dengan barang-barang selanjutnya. Emily lah yang memilih. Tapi untuk mainan, Ethan yang memilihkan untuk Kaisar. Emily tidak tahu menahu dengan mainan anak laki-laki, jadi Ethan yang mengambil alih.
Selesai berbelanja, Ethan pun membayar semua belanjaannya yang harganya hampir belasan juta. Tenang saja, Ethan bukan orang miskin. Ayahnya adalah seorang pengusaha mable terkenal, sementara ibunya seorang designer yang sudah bekerja sama dengan artis Indonesia dan artis mancanegara. Jadi, bisa kalian bayangkan kan sekaya apa Ethan?
Ethan, Emily, dan Kaisar pun memutuskan untuk pulang terlebih dahulu, untuk menyimpan barang belanjaan mereka yang sangat amat banyak ini ke rumah, lalu setelah itu, mereka akan lanjut pergi jalan-jalan,
“Kaisar seneng ga beli mainan banyak tadi?” tanya Emily sambil mencolek pipi gembul Kaisar yang berada di gendongan Ethan.
“Seneng dong ibu. Kan belinya sama ibu sama ayah.” jelas ini bukan Kaisar yang menjawab, melainkan Ethan. Emily dibuat tertawa geli dengan suara Ethan yang sengaja dibuat seimut mungkin agar menyerupai suara Kaisar.
“Suara lo kayak tikus kejepit tau gak!” ejek Emily sambil memukul bahu Ethan pelan dan tertawa.
Ethan tidak tersinggung sama sekali mendengar ejekan itu. Dia malah ikut tertawa bersama Emily.
Kini, sampailah mereka di basement sembari membawa 2 troli yang isinya adalah barang-barang khusus untuk Kaisar.
Ethan menyerahkan Kaisar kepada Emily, gadis itu pun menerima dan menggendong Kaisar. Sementara Ethan membuka pintu bagasi, dan memasukan satu persatu barang ke dalam sana. Di belakang, Emily membuat suara selucu mungkin, sambil menggerak-gerakan badannya ke kanar dan ke kiri, serta memainkan tangan Kaisar, memberikan semangat kepada Ethan. Dimana Ethan hanya mampu tertawa gemas akan hal tersebut.
Semua barang pun sudah masuk ke dalam bagasi mobil Ethan. Mereka bertiga sudah siap untuk masuk ke dalam mobil, namun, hal yang tidak terduga pun terjadi.
Ya, Ethan dan Emily bertemu dengan ayah dan ibunda Emily.
Emily jelas kaget, sementara Ethan yang tidak tahu apa-apa hanya mampu bereaksi bingung. Namun, melihat keterkejutan Emily, membuat Ethan perlahan-lahan paham dengan situasi ini,
“Ayah, bunda, what are you doing here?” tanya Emily kikuk. Dia benar-benar ketakutan sekarang. Emily merasa seolah-olah dirinya sudah tertangkap basah melakukan kejahatan yang fatal.
“Oh, ayah sama bund—” bunda hendak menjawab, namun ayah keburu memotong ucapan bunda.
“Who are you?” tanya ayah sambil memandangi Ethan dengan tajam. Bak seorang singa yang sedang memandangi santapannya.
“Oh… mmm… Im Ethan, Sir.” jawab Ethan gelagapan. Tatapan tajam ayah Emily cukup sukses membuat Ethan tergertak.
“Oh, so you hired my daughter to baby sitting your illegitimate child.” ujar ayah sarkas.
Emily tidak percaya ayahnya akan mengucapkan kata-kata kasar seperti itu,
“Ayah!” tegur Emily.
Ayah gantian memandang Emily—dengan memasang wajah sedatar mungkin,
“What? Did i say something wrong?” tanya ayah Emily tanpa rasa bersalah sama sekali.
Emily memutar bola matanya jengah sambil menghembuskan nafasnya kasar. Dia benar-benar tidak habis pikir dengan sikap ayahnya yang berubah. Dulu, ayah Emily tidak pernah sekasar ini, dia selalu baik dan terbuka dengan segala hal, tapi kenapa sekarang malah berubah seperti ini? Emily benar-benar kecewa. Kalau semua perubahan ini dikarenakan umur ayahnya yang sudah menua, Emily sungguh berharap kalau laki-laki itu akan terus muda agar supaya tidak berubah menjadi menyebalkan,
“Bun, what's wrong with your man?” kesal Emily sambil mengalihkan pandangannya kepada sang bunda, yang hanya diam disisi ayahnya. Mata gadis itu berkaca-kaca saking kesalnya.
“Honey—” bunda hendak berbicara, berusaha menenangkan suaminya tersebut. Namun, ayah mengangkat jari telunjuknya ke udara, memberi kode agar supaya bunda diam.
Ternyata hal itu ayah lakukan, karena Ethan hendak membuka mulutnya setelah sedaritadi lelaki itu hanya diam dengan rasa takut yang menggeluti perasaannya. Bunda yang paham akhirnya memilih untuk diam, dan membiarkan Ethan bicara,
“You wanna talk? Go ahead.” titah ayah.
Ethan mengangguk dia berdehem sebentar lalu bicara, “He is not my biological child. His name is Kaisar. He was abandoned by his parents. Coincidentally, his parent dumped him right in front of my boarding room door. I have no other choice but to take care of him. And thats why i hired your daugther to be Kaisar's baby sitter.” jelas Ethan.
Ayah hanya mengangguk-anggukan kepalanya—dan masih memasang ekspresi muka dingin, datar, dan angkuhnya. Lalu lelaki tua itu kembali bertanya,
“How much salary do you give for my daugther?”
Ethan hendak menjawab, namun, Emily buru-buru memotongnya,
“Ayah!”
Ayah seolah-olah tidak memperdulikan eksistensi Emily. Lelaki itu berjalan mendekati Ethan, dan ketika sudah tepat berada di depan Ethan. Ayah menarik kedua kerah baju Ethan menggunakan kedua tangan besarnya. Ethan jelas ketakutan, Emily langsung berpindah posisi ke samping sang ibunda, takut-takut ayahnya melakukan sesuatu yang diluar dugaan,
“You better give big salary to my daughter. Because i raised her, by providing her with adequate and expensive facilities, i also gave her healthy and of course expensive food. All her clothes, shoes, bags, and everything. Its expensive. If you give my daugther a small salary. I will hunt you down and kill you.” ancam ayah Emily.
Setiap kata yang keluar dari mulut pria itu benar-benar menyeramkan bagi Ethan. Lelaki itu dibuat tergagap karena ayah Emily,
“Y…yes, Sir!”
Setelah itu, ayah melepaskan cengkramannya terhadap kerah baju Ethan dengan kasar. Lelaki tua itu berjalan mundur kembali ke posisinya.
Emily yang menggendong Kaisar hanya bisa bernafas lega, karena sang ayah tidak menghajar Ethan. Tidak hanya Emily yang bernafas lega, bunda pun ikutan bernafas lega. Karena jujur, beliau sudah tidak bisa lagi kalau harus memisahkan suaminya itu kalau sudah bertengkar,
“Sayang, kalian setelah ini mau kemana?” tanya bunda kepada Emily—sambil memandang Emily dan Ethan bergantian. Beliau mencoba untuk mencairkan suasana yang tadi sempat menegang.
“We have a date.” jawab Emily dengan lantang, diam-diam dia melirik ayahnya, lalu gantian melirik Ethan, “ya kan, Ethan?” tanya Emily.
Ethan yang masih shock hanya mengangguk sebagai jawaban,
“Oh great, kalau gitu biar Ethan dijagain sama bunda sama ayah aja ya? Ayah pasti seneng kalau ada anak kecil di rumah, dia kangen main sama anak kecil, makanya jadi sering grumpy.” tawar bunda diselingi candaan.
“Who said that?” sewot ayah.
“Honey, do you remember the day when you fought with her? You said that you wanted Emily to go back to being a baby. So you could play with her every day, hold her, take her for a walks in the stroller, and tickle her. Now, we have Kaisar since Emily is no longer possible to return to being our little baby.”
Emily menatap ayahnya dengan tatapan terharu. Sang ayah yang ditatap seperti itu hanya bisa memalingkan wajahnya, dia sangat amat malu,
“Oh… Daddy, is that true?” lirih Emily.
“I just miss you.” jawab sang ayah dengan suara yang pelan.
Emily menyerahkan Kaisar kepada bundanya. Gadis itu berlari kepada ayahnya, dan mendekap tubuh sang ayah dengan erat,
“I love you, ayah.” lirih Emily.
Ayah membalas pelukan Emily dengan erat. Sembari mengecup puncak kepala Emily dan berkata,
“I love you too, my little pumpkin.”
Bunda hanya bisa tersenyum melihat pemandangan dihadapannya ini. Begitu pula dengan Ethan. Dirinya yang tadi dibuat tegang dengan sikap galak ayahnya, seketika berubah menjadi senang dan terharu melihat Emily dan ayahnya yang berpelukan. Hal itu, membuat Ethan merindukan sosok kedua orang tuanya yang ada di Paris sana.